Ilustrasi. (BP/dokumen Swara Tunaiku)

DENPASAR, BALIPOST.com – Biasanya, seseorang akan menyadari kalau pengeluaran sudah melebihi bujet ketika akhir bulan tiba. Uang yang tersisa di dompet pun habis.

Padahal masih ada beberapa hari yang belum terpenuhi kebutuhannya. Kontrol keuangan akan lebih sulit ketika memiliki kartu kredit, kartu debit, dan uang tunai sekaligus.

Kira-kira, apa sih tanda kalau kamu memiliki pengeluaran yang lebih besar dari pendapatan? Berikut enam tanda yang dikutip dari Swara Tunaiku :

1. Kebutuhan Bulanan Sulit Terbayarkan

Kalau bujet untuk biaya makan dan biaya listrik, sih, wajar, ya. Soalnya masih tergolong sebagai kebutuhan primer.

Definisi kebutuhan primer dan sekunder terasa kabur di era yang serba mudah kayak sekarang. Dikiranya jalan-jalan ke tempat wisata, menonton film di bioskop, dan beli barang mahal kebutuhan primer. Padahal masuk kebutuhan sekunder.

Kalau sampai kamu merasa bahwa untuk mencukupi kebutuhan primer saja sulit, tandanya gejala pengeluaran lebih besar dari penghasilan telah muncul. Untuk menyikapi hal tersebut, ada baiknya untuk lebih selektif ketika berusaha memenuhi keinginan pribadi. Setelah itu, tanamkan di hati dalam-dalam, bahwa kamu akan berkomitmen untuk menabung.

Baca juga:  Penyelenggara dan Peserta Pilkada Serentak 2020 Diingatkan Hindari Praktik Suap

2. Gila-gilaan dalam Belanja Online

Saking mudahnya belanja online, sampai-sampai banyak yang lupa diri. Proses belanja online juga bisa ditempuh dengan menggunakan kartu kredit.

Ketika e-billing terkirim, kamu harus siap melepas separuh gaji hanya untuk bayar tagihan. Maka dari itu, hindari penggunaan kartu kredit dan ganti dengan uang tunai untuk memenuhi kebutuhan selama beberapa bulan.

3. Keluar Uang untuk Hangout

Mungkin banyak teman kerja di kantor yang sering mengajakmu untuk hangout ke restoran mewah atau kafe fancy. Tujuannya untuk senang-senang dan melepas penat.

Mungkin terdengar menyenangkan, tapi percayalah, bahwa efeknya cuma sebentar. Begitu pulang, kamu akan menyesal karena bikin pengeluaran membengkak.

Disadari atau tidak, hangout yang terlalu sering dilakukan memang berpotensi menguras isi dompet lebih cepat. Kalaupun mau hangout, pilih tempat yang menyediakan menu serta fasilitas dengan tarif terjangkau. Itu pun harus dilakukan jarang-jarang biar isi dompet aman.

Baca juga:  Ultah Kepulauan Seribu Memicu Semangat Asian Games dan Destinasi Kelas Dunia

4. Separuh Gaji Hanya untuk Bayar Utang

Ada film bagus yang berjudul Confession of Shopaholic. Film tersebut bercerita tentang perjuangan jurnalis yang hendak membebaskan diri dari belitan utang kartu kredit.

Gara-gara terlalu banyak utang, sampai-sampai tidak bisa bayar. Jangan sampai deh kamu mengalami kejadian tersebut. Sebelum beli, tanyakan ke diri sendiri, “apa saya butuh?”

5. Temanmu Lebih Kaya

Meskipun kamu dan temanmu punya gaji sama, belum tentu memiliki latar belakang yang sama. Terlebih lagi kalau temanmu terlahir dari keluarga terpandang.

Tentu gaya hidupnya akan jauh berbeda daripada orang kebanyakan. Ketika kamu ingin menyesuaikan dengan predikat isi kantong pas-pasan, bakal sulit dilakukan.

Awalnya mungkin terasa menyenangkan. Terlebih lagi kalau temanmu sering menraktir.

Baca juga:  Kasus COVID-19 Baru Dilaporkan Nasional Kembali Turun! Tambahan Sembuh Lebih banyak

Namun, mau sampai kapan? Pasti banyak masanya kamu bayar sendiri. Sebelum berlarut-larut, ada baiknya untuk berani menolak ajakannya. Pertimbangkan masa depanmu.

Kalaupun sudah tidak bisa dibendung, silakan datang ke agen keuangan dengan tujuan untuk berkonsultasi.

6. Senam Jantung Gara-gara Cicilan Mobil

Kalau mampunya baru beli mobil Avanza, jangan dulu beli Fortuner. Bisa-bisa kamu senam jantung setiap kali melihat besarnya cicilan mobil.

Uang yang kamu punya bisa ludes hanya untuk bayar cicilan. Memang keren. Namun jangan maksa.

Kalau mau yang lebih hemat, dibandingkan pakai mobil pribadi, lebih baik pakai transportasi umum saja.

Itulah beberapa tanda atau sinyal yang harus kamu perbaiki mulai dari sekarang. Jangan sampai menjadi kebiasaan berlarut-larut, baru ditindaklanjuti.

Jangan lupa, bahwa uang bukanlah sumber masalah kehidupan. Kalau kamu bisa mengelola, bukan tidak mungkin jika uang tersebut bisa jadi teman hidup yang menyenangkan. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *