Presiden Joko Widodo memberikan sambutan di hadapan para pengurus koperasi seluruh Indonesia pada puncak peringatan Hari Koperasi Nasional (Harkopnas) Ke- 71 di ICE Serpong, Tangerang, Banten, Kamis (12/7). (BP/dok)

Terus terang kiprah perkoperasian kita saat ini masih terkesan jago kandang. Mereka hanya berbisnis di tataran lokal dan nasional. Padahal, peluang untuk go international sangat besar, namun tak bisa dilakukan.

Ibarat gajah, koperasi kita besar namuan sulit bergerak. Termasuk koperasi BUMN yang bermodalkan besar tetap saja jago kandang. Ngurus proyek di lingkungan departemen sendiri, belum berani melangkah menjadi koperasi dengan produksi ekspor dan impor.

Kini, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mendorong koperasi sektor riil agar berkiprah di pasar global dengan memanfaatkan kredit usaha rakyat berorientasi ekspor (BE). Salah satu produk unggulan koperasi yang masuk pasar ekspor ke Melbourne, Australia, yakni Kopi Raja, kopi olahan produksi Koperasi Mukmin Mandiri, Sidoarjo, Jawa Timur.

Bahkan, sejumlah produk di Bali sangat memungkinkan go international seperti kerajinan tangan dan produk ekspor lainnya. Menteri Koperasi dan UKM, A.A. Puspayoga mengatakan, pemerintah telah meluncurkan paket fasilitas pembiayaan ekspor yang lengkap dan terpadu untuk modal kerja dan investasi bagi koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Baca juga:  Politik, Bantaran Kali dan Pengelolaan Sampah

KUR berorientasi ekspor ini diprioritaskan untuk para suplier yang menjadi penunjang industri, yang melibatkan tenaga kerja cukup banyak sesuai dengan segala usahanya. Skema pembiayaan KUR berorientasi ekspor, yakni program pembiayaan dengan suku bunga sembilan persen per tahun. Plafon pembiayaan kisaran Rp 5-25 miliar, dan tenor lima tahun untuk investasi ekspor dan tiga tahun untuk modal kerja ekspor.

Ini peluang bagi koperasi kita di Bali. Namun, kita tak boleh lupa dengan persyaratan bagi UKM untuk bisa melakukan ekspor. Misalnya, memenuhi ketentuan administrasi ekspor impor, jaminan volume produksi, dan keamanan konsumen. Kalau ekspor kopi sachet instan itu sudah biasa, tapi untuk ekspor kopi olahan produksi UKM ke luar negeri, apalagi ke pasar Australia itu tidak mudah.

Baca juga:  Wajah Pusat Kota Gianyar Semarak dengan Pedagang Bermobil

Ini patut diapresiasi karena pemerintah mendorong supaya seluruh koperasi produksi melakukan ekspor ke pasar potensial di luar negeri. Ekspor perdana kopi olahan dari Sidoarjo ini, bukti kebangkitan kegiatan koperasi produksi. Ayo pengusaha Bali tunjukkan diri kita mampu lebih dari  Sidoarjo. Tapi ingat koperasi selaku produsen untuk melakukan ekspor antara lain, standar kualitas produk, pembiayaan, dan market. Apalagi warga Bali dikenal paling awal mampu menyesuaikan diri dengan persaingan global.

Kini tinggal kita go interntional. Wawasan pengurus dan manajemennya tak lagi sesederhana ketika koperasi itu dilahirkan. Sebab, salah satu ciri globalisasi adalah menggambarkan proses percepatan interaksi yang luas dalam bidang politik, teknologi, ekonomi, sosial dan budaya.

Baca juga:  Agar Tak Ditinggal Milenial, Wujudkan Koperasi Melek Teknologi dan Inovatif

Koperasi Bali mestinya ada di depan dibandingkan UMKM daerah lainnya. Bukan itu saja koperasi BUMN juga harus menjadi pionir, bukan lagi memperebutkan kue di daerah yang menjadi bagian UMKM lokal.

Jadi pas koperasi kita harus berwawasan global, namun kuat jati diri dan karakternya sebagai usaha milik bersama, yang mengutamakan sikap gotong royong dan kekeluargaan. Ikuti apa model bisnis global dan digital saat ini. Perlahan harus bisa mengubah mindset dari lokal ke digital. Ikuti perubahan zaman, seperti yang dilakukan pengusaha Tiongkok. Kuncinya, harus berani dan berani, baru disusul manajerial dan teknologi.

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *