Christine Lagarde melihat produk UMKM di sela-sela pelaksanaan pertemuan tahunan IMF-WB 2018 di Nusa Dua, Bali. (BP/dok)

Pada pertemuan IMF-WB di Nusa Dua, Bali 8-14 Oktober lalu, beberapa UMKM Bali mendapatkan kesempatan berpromosi untuk puluhan ribu delegasi dari 189 negara di dunia. Meski hanya diikuti puluhan dari ratusan ribu UMKM yang ada di Bali, ada harapan bahwa momentum berpromosi secara internasional tersebut akan mengangkat branding UMKM Bali. Jika benar-benar mendapatkan perhatian pemerintah, UMKM bisa menjadi panglima perekonomian Bali di masa yang akan datang untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Bali.

Optimisme sekaligus harapan bagi peningkatan UMKM Bali terungkap dalam Talkshow Merah Putih di Bali TV yang mengangkat tema ‘’Keterlibatan UMKM Bali dalam Pertemuan IMF-WB di Bali’’. Diakui hingga saat ini sudah ada banyak perhatian dari pemerintah bagi dunia UMKM di Bali, namun masih diperlukan perhatian yang sungguh-sungguh agar UMKM Bali dapat benar-benar berkembang dan menjadi panglima bagi perekonomian Bali.

Perhatian dari pemerintah menjadi sangat penting, kata AAA Mas Utari, pemilik Bee Handycraft yang ikut dalam ajang pameran di event IMF-WB. Terutama dalam hal kebijakan yang dapat menjadikan harga produk UMKM Bali bersaing dengan negara lainnya. ‘’Saat ini dalam hal harga kami sering kalah bersaing dengan produk UMKM negara-negara lainnya,’’ kata AAA Mas Utari.

Baca juga:  Amankan KTT G20, Polri Gunakan Aplikasi Canggih Saat Patroli Malam

Selama ini perhatian pemerintah memang sudah terlihat seperti dari penetapan besaran pajak yang terus diturunkan. Meski demikian, bagi Mas Utari, sistem pengenaan pajak berdasarkan omzet penjualan masih memberatkan, yang namanya meringankan jika pengenaan pajak adalah berdasarkan keuntungan bersih dari hasil penjualan.

Bantuan lain yang masih diperlukan oleh UMKM, menurut pengamat ekonomi kerakyatan Bali Bambang Gede Kiswardi, adalah dalam hal penyediaan bahan baku. Pemerintah mengoordinasikan pembelian bahan baku bagi UMKM sejenis sehingga harga belinya dapat lebih murah. “Selama ini pembelian bahan baku masih dilakukan sendiri-sendiri, sehingga harga belinya menjadi lebih mahal,” kata Bambang Kiswardi.

Lebih jauh, Bambang Kiswardi berharap UMKM Bali ke depan harus dapat menjadi panglima ekonomi Bali. Potensi besar yang dimiliki UMKM Bali didukung oleh sektor pariwisata yang memungkinkan produk UMKM Bali lebih dikenal oleh pihak luar negeri.

Berdasarakan data yang disampaikan Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Bali I Gede Indra Dewa Putra, saat ini jumlah UMKM di Bali tercatat 313.822 UMKM. Diungkapkan pula rasio wirausaha di Bali mencapai 7,39 persen, jauh di atas rata-rata nasional yakni 3,1 persen. Jika perkembangan bisnis UMKM Bali yang mencapai ratusan ribu dan dengan rasio wirausaha yang tinggi ini berjalan dengan baik, maka harapan bahwa UMKM Bali menjadi panglima perekonomian Bali tidaklah berlebihan.

Baca juga:  Korban COVID-19 di Bali Kembali Bertambah!! Ini Asalnya

Diakui sejumlah kendala masih membayangi UMKM di Bali. Utamanya dalam masalah permodalan akibat masih banyaknya UMKM yang belum memiliki izin. Perizinan masih menjadi syarat utama bagi akses permodalan ke perbankan. Salah satu indikasi masih banyak UMKM yang belum berizin adalah UMKM yang memiliki NPWP, menurut Gede Indra, baru sekitar 35 persen. Artinya hampir 65 persen UMKM di Bali belum memiliki NPWP.

Menurut Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar Erwin Suryadarma, UMKM Bali di masa mendatang harus naik kelas, berubah dari usaha mikro dan kecil menjadi pengusaha menengah lalu besar. UMKM yang baik perkembangan bisnisnya, menurut mantan Kabag Humas Pemkot Denpasar ini, adalah yang tidak selamanya menjadi usaha mikro menengah. ‘’UMKM harusnya dapat naik kelas,’’ kata Erwin.

Kuncinya, menurut Bambang Gde Kiswardi, UMKM terus melakukan inovasi karena pasar saat ini yang cenderung sangat mudah berubah terutama dalam hal selera. Kreativitas, inovasi dan produktivitas harus terus ditingkatkan. Kemajuan teknologi yang memicu revolusi industri 4.0 memang bisa menjadi ancaman bagi UMKM di Bali namun sekaligus memberi peluang. Misalnya dalam hal pemasaran dan sistem produksi yang tekomputerisasi. Peluang-peluang inilah yang harus dimanfaatkan oleh pelaku UMKM di Bali.

Baca juga:  Zona Orange Ini Sumbang Tambahan Korban Jiwa COVID-19 Terbanyak

Potensi Besar

Potensi pengembangan UMKM di Bali sesungguhnya cukup besar. Produk UMKM Bali, menurut Putu Sudi Adnyani, atau yang akrab dipanggil Bara memiliki keunikan yang tidak mudah didapatkan di negara-negara lainnya. Hal ini ditunjukkan dari antusiasnya para delegasi IMF-WB saat berkunjung ke stan pamerannya. ‘’Mereka tertarik dengan teknik pembuatan produk perhiasan kami yang masih menggunakan keterampilan tangan para perajin,’’ kata Bara.

Bara mengingatkan masih banyak yang perlu dibenahi dari pelaku UMKM di Baii. Salah satunya dalam soal etika moral dalam berbisnis. Seringkali dalam menjalankan usahanya, pelaku UMKM justru saling menjatuhkan satu dengan lain untuk mendapatkan pembeli. ‘’Cara-cara seperti ini harusnya ditinggalkan. Pelaku UMKM di Bali harusnya bersinergi,’’ kata Bara yang mengaku optimis bahwa ke depan UMKM di Bali akan semakin berkembang.  (Nyoman Winata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *