DENPASAR, BALIPOST.com – Memasuki kontestasi tahun politik dalam rangka pemilihan Presiden/Wakil Presiden (pilpres) dan pemilihan Anggota Legislatif (pileg) Tahun 2019, tak jarang berita bohong (hoax) dengan memanfaatkan media sosial (medsos) disebarluaskan untuk menjatuhkan lawan politiknya. Bahkan, berita hoax sengaja dimanfaatkan untuk mempengaruhi masyarakat yang menyebabkan munculnya paham radikalisme di tengah masyarakat.

Gejala ini tentu dapat menggangu persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk menangkal penyebaran berita hoax dan paham radikalisme tersebut, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Dirjen IKP Kemkominfo RI) terus gencar melakukan sosialisasi ke berbagai daerah di seluruh Indonesia. Salah satunya dilakukan di Provinsi Bali.

Mengangkat tema “Gotong Royong Menghadapi Hoax dan Radikalisme di Era Digital”, sosialisasi dilakukan dengan menggelar pementasan seni budaya yang bekerjasama dengan Penggerak Budaya Nusantara di Hotel Grand Santhi Denpasar, Sabtu (29/9) malam. Di samping juga melakukan dialog yang mengundang berbagai narasumber dari berbagai elemen.

Baca juga:  Medsos Diduga Jadi Penyumbang Terbesar Penyebab Kisruh Sosial

Pada kesempatan tersebut juga dilakukan Doa Untuk Negeri menuju Indonesia Harmoni, sekaligus deklarasi anti hoax, radikalisme, premanisme dan terorisme yang dipimpin langsung oleh Kombes Pol. Anom Wibowo, SIK. (Dirreskimsus Polda Bali), bersama para tokoh agama dan budaya, serta perwakilan siswa dan mahasiswa seluruh Bali.

Tenaga Ahli Dirjen IKP Kominfo, Dr. Hendrasmo, MA., mengatakan untuk menangkal penyebaran berita hoax, diperlukan kerjasama secara gotong royong oleh semua elemen masyarakat. Sebab, penyebaran berita hoax dapat menimbulkan paham radikalisme dan perpecahan di tengah masyarakat.

Apalagi, sasarannya kaum milenial yang notabene pengguna medsos yang paling aktif. Sehingga, sosialisasi antiberita hoax dan paham radikalisme kepada generasi milenial harus dilakukan dengan kemasan pementasan budaya.

Baca juga:  Kejari Gianyar Lidik Kasus Prona, Dipungut Rp 1 Juta per Sertifikat

Sehingga, generasi muda milenial nantinya lebih wear dan tanggap terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi. “Kenapa kami memilih dengan pementasan seni dan budaya, karena Bali terkenal dengan seni dan budayanya yang khas. Sehingga, penyampaian pesan-pesan melalui pentas seni dan budaya akan sangat mudah diterima oleh generasi muda milenial di Bali yang pas dengan kearifan lokalnya. Tentu kami berharap melalui sosialisasi ini nanti generasi milenial di Bali bisa sharing dan mampu memfilter mana berita yang benar dan mana berita yang hoax, sehingga mereka tidak terjerumus paham radikalisme,” tandas Hendrasmo.

Hal senada juga diungkap Pembina Penggerak Budaya Nusantara, KH. Ahmad Sugong Utomo. Dikatakan, bahwa kegiatan Harmoni Indonesia melalui pentas seni dan budaya telah dilakukan di 12 titik kota di seluruh Indonesia.

Baca juga:  KPU Jembrana Masih Kekurangan 5 Ribu Surat Suara

Pihaknya berharap melalui kegiatan ini Bangsa Indonesia bisa lebih dewasa dalam memahami arti bernegara dengan tetap berpegangan pada 4 konsensus kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selain itu, ia juga berharap di era digital seperti saat ini, masyarakat Indonesia agar lebih bijak menggunakan medsos, sehingga tidak mudah diombang-ambing, bahkan diatur yang menyebabkan Bangsa Indonesia yang damai dan sejuk terpecah belah karena suatu kepentingan politik semata. (Winatha/balipost)

Ket. Foto: Dirjen IKP Kominfo bersama Para Tokoh Agama dan Budayawan mengdeklarasikan anti hoax, radikalisme, premanisme dan terorisme yang dipimpin langsung oleh Dirreskimsus Polda Bali, Kombes Pol. Anom Wibowo, SIK., di Hotel Grand Santhi, Denpasar, Sabtu (29/9) malam.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *