Gunung Agung. (BP/dok)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Menjelang pelaksanaan IMF-WB Annual Meeting, Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) wilayah III, melakukan penambahan dan penggantian peralatan untuk melakukan pengamatan di permukaan. Peralatan ini disiapkan mengingat saat ini kondisi Gunung Agung yang masih aktif.

“Nanti kalau terjadi erupsi untuk sebaran abu vulkaniknya bisa dideteksi oleh alat ini. Sehingga kita lebih dini untuk menginformasikan keamanan di bandara. Dikatakannya, peralatan baru yang disiapkan ini rencananya akan dipergunakan saat landing dan take-off pesawat,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Ngurah Rai, Bambang Hargiyono, Kamis (13/9).

Baca juga:  Destinasi Pariwisata Ditargetkan Mulai Dibuka di Oktober 2020, Selanjutnya Apa?

Adapun peralatan yang disiapkan, diantaranya, pertama adalah Automated Weather Observing System (AWOS). AWOS ini adalah alat untuk mengukur unsur cuaca pada permukaan bandara, arah kecepatan angin, jarak pandang, temperatur, kelembaban udara, dan hujan.

Alat kedua, ada Radar Wind Profiler yaitu peralatan untuk mendeteksi perubahan angin yang datang dari permukaan hingga ke lapisan atau ketinggian tertentu. “Itu digunakan untuk menginformasikan pesawat yang sudah mendekat ke bandara,” ucapnya.

Sedangkan, alat ketiga yaitu Sistem LIDAR yang digunakan untuk mendeteksi partikel udara kering, seperti abu vulkanik, di wilayah Bandara I Gusti Ngurah Rai. Sehingga, apabila terjadi erupsi Gunung Agung dan mengakibatkan abu vulkanik tersebar hingga di area bandara, dapat diantisipasi oleh seluruh stakeholder.

Baca juga:  Daftar Tunggu PDAM Capai Ribuan Orang

Dikatakan ketiga alat itu sudah terpasang dan sudah beroperasi. “Dua alat baru, sementara yang AWOS mengganti alat yang lama. Ketiga alat ini salah satunya untuk kepentingan IMF. Kedepannya untuk pelengkapan informasi cuaca (meteorologi) untuk keselamatan di Bandar Udara Ngurah Rai,” tambahnya.

Sementara, Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, M Taufik Gunawan menambahkan, musim hujan tahun ini bila dibandingkan dengan 2017, memang mengalami kemunduran dari kondisi normal. Tetapi ini masih dalam batas toleransi.

Baca juga:  Tambahan Korban Jiwa COVID-19 Bali Alami Lonjakan, Jumlah Kasus Baru Masih di Atas 110 Orang

Ia menekankan yang perlu diwaspadai adalah dalam peralihan musim, biasanya terjadi petir, puting beliung, perubahan hawa (pancaroba), dan hujan lebat yang terjadi secara sporadis. Secara umum, awan musim hujan di wilayah Bali diperkirakan masuk pada November sebanyak 53 persen dan Desember sebanyak 47 persen. “Yang perlu diwaspadai, potensi hujan lebat disertai angin kencang dan petir pada musim peralihan pada bulan Oktober/November,” tambahnya. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *