
DENPASAR, BALIPOST.com – Wacana pengembalian pelaksanaan Hari Raya Nyepi ke Tilem Kasanga kembali menguat. Wacana ini memperoleh dukungan langsung dari Gubernur Bali, Wayan Koster.
Usulan tersebut resmi dibahas dalam Pasamuhan Agung Sabha Kretha Hindu Dharma Nusantara (SKHDN) Pusat Tahun 2025 yang digelar di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Selasa (30/12).
Dalam pasamuhan tersebut mengemuka dorongan kuat dari para sulinggih dan tokoh umat Hindu untuk mengembalikan Nyepi ke waktu asalnya, yakni bertepatan dengan Tilem Kasanga.
Sebagaimana diketahui, sejak 1981 hingga saat ini, Hari Raya Nyepi diperingati sehari setelah Tilem Kasanga, berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya yang merujuk pada tradisi lama Bali.
Ketua Umum SKHDN Pusat, Ida Shri Bhagawan Putra Nata Nawa Wangsa Pamayun, menegaskan bahwa pelaksanaan Nyepi tepat pada Tilem Kasanga memiliki dasar kuat dalam sastra Hindu Bali. Sejumlah lontar klasik secara tegas menyebutkan Nyepi dilaksanakan pada panglong ping molas kresna paksa atau saat Tilem.
“Dalam lontar-lontar seperti Sundarigama, Kuttara Kanda, dan Batur Kalawasan, sangat jelas disebutkan bahwa Nyepi dilaksanakan tepat pada Tilem Kasanga. Ini merupakan landasan sastra yang kuat dan tidak bisa diabaikan,” tegas Ida Shri Bhagawan Putra Nata Nawa Wangsa Pamayun.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Bali Wayan Koster menyatakan dukungannya terhadap wacana pengembalian Nyepi ke Tilem Kasanga. Menurutnya, jika ditinjau dari aspek sastra dan sejarah, usulan tersebut patut dibahas secara mendalam dan diputuskan melalui mekanisme keagamaan yang tepat.
“Dulu Nyepi memang dilaksanakan di Tilem. Sekarang bergeser. Kalau mau dikembalikan sesuai sastra, silakan dibahas oleh Ida Sulinggih. Saya mendukung sepenuhnya keputusan yang dihasilkan melalui pasamuhan,” ujar Koster.
Koster menegaskan, Pemerintah Provinsi Bali akan menghormati dan mendukung hasil keputusan final yang disepakati oleh para sulinggih dan lembaga keumatan Hindu, sepanjang didasarkan pada sastra, dresta, dan kesepakatan bersama umat.
Apabila usulan tersebut disepakati, maka rangkaian pelaksanaan Nyepi juga akan kembali mengikuti pola tradisi lama. Tawur Kasanga dan Pangerupukan akan dilaksanakan pada panglong catur dasi atau purwani Tilem Kasanga, yakni sehari sebelum Tilem, sebagaimana yang berlaku sebelum perubahan penetapan kalender Nyepi dilakukan.
Dukungan Gubernur Bali ini dinilai memperkuat peluang terjadinya perubahan besar dalam penetapan Hari Raya Nyepi di Bali. Selain itu, wacana ini juga dipandang sebagai bagian dari upaya mengembalikan pelaksanaan keagamaan Hindu Bali ke akar sastra dan tradisi adiluhung yang diyakini telah berlangsung selama ratusan bahkan ribuan tahun. (Ketut Winata/balipost)










