Sejumlah relawan mendirikan pos pengamatan Gunung Agung di Batusesa. (BP/istimewa)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Visual Gunung Agung tidak selalu bisa terlihat dari semua daerah. Sebab, jika mendung, wujud gunung yang sedang tinggi aktivitas vulkniknya itu hanya bisa terpantau dari beberapa tempat.

Untuk itu, sejumlah relawan Pasebaya yang bersinergi dengan Paguyuban Sunari Wisesa mendirikan pos pengamatan di Banjar Batusesa, Desa Menanga, Rendang, Kecamatan Karangasem. Pos pengamatan tepatnya didirikan di pinggir ruas jalan Muncan-Batusesa, di sebelah barat Tukad Yeh Sah, Desa Muncan, Kecamatan Selat.

Lokasinya berada di atas tebing sehingga relatif aman khususnya dari potensi terjangan banjir lahar dingin. Lokasi itu dipilih karena dari sana visual Gunung Agung bisa dilihat dengan sangat jelas dari pangkal sampai puncaknya. ‘’Dari sini sangat jelas, dalam kondisi mendungpun kadang masih bisa dipantau,’’ ungkap salah seorang relawan Pasebaya, I Wayan Nuarta (40), Minggu (1/7).

Baca juga:  Meski Masuk Zona Merah, Umat Hindu Tetap Bersembahyang saat Pujawali Pura Pasar Agung

Pos pengamatan berukuran 5 x 5 meter dibangun secara gotong-royong dan swadaya. Strukturnya menggunakan bambu, dibuat untuk kepentingan menyajikan informasi tentang kondisi Gunung Agung kepada masyarakat luas. Hasil jepretan kamera nantinya diunggah ke media sosial ataupun grup WhatsApp Pasebaya sebagai laporan.

Nantinya Pos Pasebaya akan menginformasikan kondisi terkini Gunung Agung melalui radio komunikasi Pasebaya. Untuk penyajian informasi baik dalam bentuk visual maupun laporan via radio komunikasi, nantinya akan ada relawan yang siaga 24 jam.

Baca juga:  Dua Kali Status Awas, Ini Derita Pengungsi

Menurut Nuarta, relawan akan stanby di pos pengamatan itu secara bergiliran. ‘’Pos kita buat agak permanan untuk antisipasi musim hujan. Pos ini kita dirikan sebagai bagian dari upaya mengedukasi masyarakat terutama yang berada di lingkar Gunung Agung,’’ katanya.

Meski aktivitas vulkanik sudah jauh menurun dibandingkan empat dan tiga hari lalu, namun masih ada sejumlah warga yang bertahan di pengungsian. Salah satunya di Banjar Peringsari, Kecamatan Selat. Di sana masih ada 76 pengungsi dari Banjar Badeg Dukuh, didominasi usia lanjut dan anak-anak.

Baca juga:  Rencana Revitalisasi Pasar Seni Sukawati Tak Jelas

Selain itu juga ada 121 pengungsi dari Banjar Bukit Galah, Desa Sebudi di Banjar Tegeh, Desa Amerta Buana. “Untuk yang di Peringsari, yang muda-muda sudah pulang. Sedangkan yang di Tegeh, bertahan di pengungsian karena akses jalan menuju Bukit Galah masih terputus,” ungkap Sekretaris Pasebaya, I Wayan Suara Arsana. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *