SINGARAJA, BALIPOST.com – Sholat Idul Fitri (Sholat Id) di Buleleng berlangsung khusuk. Selain menunaikan sholat id, warga muslim di Bali Utara mengisi dengan sejumlah tradisi unik. Salah satunya warga muslim di Kelurahan Kampung Singaraja, rutin menggelar tradisi megibung (makan bersama-sama).

Konon, tradisi ini warisan dari Solo Jawa Tengah (Jateng) yang sampai sekarang berkembang di Buleleng. Selain itu, tradisi ini juga mempererat tali silaturahim Umat Islam dan juga Umat Hindu utamanya dari kalangan keluarga puri.

Sebelum prosesi megibung, sejak pagi umat melaksanakan solat id di masjid setempat. Selanjutnya umat mendengarkan kotbah dari pemimpin solat yang ditujuk.

Usai mendengarkan ceramah, umat saling bersilaturahmi dan saling memohon maaf di hari “kemenangan” setelah sebulan penuh berpuasa. Umat kemudian duduk berjejer di halaman masjid dan di depan lokasi duduk mereka sudah siap nasi, lauk pauk dan air minum. Setelah semunya lengkap prosesi megibung pun dimulai. Hidangan ini disumbangkan oleh setiap kepala keluarga (KK) warga.

Baca juga:  400 Anak TK Ikuti Lomba Mewarnai

Selain menikmati hidangan yang dibuat bersama-sama warga, umat pun kembali menunaikan silaturahim di hari raya. Tak pelak, situasi ini menjadi suasana penuh kekeluargaan sesama Umat Islam.

Bahkan, pengelingsir Puri Kanginan A.A. Ngurah Parwata Panji bersama Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna hadir dan berbaur dalam undangan megibung tersebut.

Seorang tokoh muslim sekaligus Lurah Kampung Kajananan Agus Murzani mengatakan, secara pasti siapa yang mengawali tradisi megibung tersebut. Namun demikian, dirinya meyakini kalau tradisi ini tidak saja mempererat silaturahim antar sesama Umat Islam, namun juga melestarikan warisan tradisi budaya Bali.

Baca juga:  Menkes Nila Sarankan Pemudik Jaga Kesehatan

Ini karena toleransi antara Islam dan Hindu di sejak jaman Kerajaan Buleleng sudah terjalin dengan baik, sehingga pihaknya bersama warga lain komitmen tetap melestatikan budaya megibung di Kampung Singaraja tersebut. “Warga kami ini kebanyakan dari Solo dan kalau di sana namanya bancakan dan kalau di Bali istilahnya meggibung. Ini sebagai wujud syukur atas rido tuhan kepada warga kami dan juga kami menjaga tolerasi dengan Hindu terutama keluarga Puri ywng dari dulu mewariskan penyamabrayaan antara Muslim dan Hindu,” katanya.

Pengilingsir Puri Kanginan A.A Ngurah Parwata Panji mengatakan, toleransi atau akulturasi seni budaya antara Muslim dan Hindu di Kampung Singaraja warisan leluhur pada masa kerajaan yqng lampau. Untuk itu, sebagai generasi penerus, dirinya mengajak baik Umat Muslim dan Umat Hindu untuk tetap menjaga persatuan dan persudaraan dalam melestarikan warisan leluhur yang lampau itu. “Setiap hari besar muslim, kami dari puri diundang dan demikian sebaliknya. Ini warisan dan kami mengajak generasi muda untuk tetap menjaga dan melestatikannya,” jelasnya.

Baca juga:  Bulan Depan ke Bali? Jangan Lewatkan Festival Tepi Sawah 2017

Senada diungkapkan Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna. Dia mengajak melestarikan tradisi ini karena menyimpan filosofi dalam mengajarkan tolerasi beragama antara Hindu dan Islam. Selama ini dia menilai hubungan antara Umat Islam dengan Umat Hindu sudah terjalin baik. Bahkan, warga muslim di daerahnya sudah menetap menjadi warga asli Buleleng. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *