Toilet fiber dan tempat permandian pengungsi terbengkalai tak terurus. (BP/nan)

BANGLI, BALIPOST.com – Pascaditurunkannya Status Gunung Agung dari level IV (Awas) ke level III (Siaga) beberapa waktu lalu, warga yang sebelumnya mengungsi di Gedung TK/SD International di Kelurahan, Kubu, Bangli telah kembali ke kampung halamannya masing-masing. Meski sudah tidak ada pengungsi lagi, tetapi sejumlah toilet fiber maupun tempat permadian masih dibiarkan terbengkalai begitu saja tak terurus. Bahkan, Air PDAM Bangli dibiarkan mengalir terbuang 24 jam.

Pantauan di lapangan, terdapat empat toilet fiber yang dibiarkan begitu saja tanpa ada yang mengurus. Termasuk toilet darurat juga masih berdiri di sebelah barat GOR. Selain toilet fiber, tempat permandian darurat yang terbuat dari besi juga masih berdiri di lokasi dan dinding dari kain maupun paping sudah robek akibat tidak ada yang merawat. Termasuk air bersih PDAM di sejumlah titik juga masih terus ngecor atau mengalir terbuang 24 jam. Banyaknya air yang terbuang setiap harinya mengakibatkan pembororosan air bersih.

Baca juga:  Gunung Agung Sudah Turun Status, Bantuan HT untuk Pasebaya Diserahkan

Kadisos Bangli I Nengah Sukarta saat dikonfirmasi terpisah mengatakan, pihaknya memang masih membiarkan sarana praserana yang digunakan pengungsi terpasang di lokasi. Hal ini untuk menjaga-jaga jiga Gunung Agung gembali erupsi besar dan warga kembali mengungsi.

“Agar tidak terkesan bongkar pasang, maka dalam beberapa waktu ke depan peralatan seperti kamar mandi fiber dan alar lainnya masih kita biarkan terpasang di sana. Kita masih menunggu agar kondisi benar-benar normal baru semua fasilitas itu kita bongkar,”tegasnya.

Baca juga:  Suhu Meningkat, Pengungsi di Gor Swecapura Butuh Kipas Angin

Sementara saat disingggung jumlah peralatan yang ada, jelasnya, pihaknya tidak tahu secara pasti. Disebutkan, peralatan ini merupakan donasi dari berbagai pihak termasuk pemerintah pusat.

Sementara saat disinggung pelaralatan itu didonasikan ke wilayah Gunung Merapi, yang kini erupsi. Jelas dia, pihaknya terkendala biaya pengangkutan.  Pasalnya, biaya angkut sagat mahal, bisa-bisa  ongkos angkutnya lebih maha dari alatnya.

Sementara itu, Direktur PDAM Bangli, I Wayan Gede Yuliawan Askara mengungkapkan, dari 40 kran yang dipasang saat warga masih mengungsi, sebanyak 30 kran sudah dibongkar dan tinggal 10 kran yang sampai saat ini belum dibongkar.

Baca juga:  Gedung Mangkrak di Kubu Jadi Kantor Sementara DPRD

“Ada tiga titik yang airnya mengalir terbuang. setelah semua pengungsi pulang kran tidak berfungsi. Tapi, karena air di bak penampungan tinggi, sehingga airnya mengalir kesana. Sementara untuk pembongkaran 10 kran lagi akan kita lakukan setelah selesai melakukan perbaikan jaringan pipa di jalan Brigjen Ngurah Rai. Sehingga tidak ada lagi air terbuang percuma,”ucap Yuliawan Askara. (eka prananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *