Tari Rejang Renteng dipentaskan dalam Festival Nusa Penida 2017. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Media sosial tak dipungkiri turut berperan mengenalkan kesenian-kesenian Bali lebih luas lagi. Salah satunya tari rejang renteng yang sempat viral saat ditarikan secara kompak oleh ibu-ibu PKK di Bali.

Kendati ada dampak positif yang ditimbulkan yakni membangkitkan kembali tarian ini. Namun perlu dicermati juga bila tari rejang renteng merupakan tarian sakral. “Banyak hal baik dan positif yang didapatkan dengan viralnya tarian ini. Selain untuk ngaturang ayah dan bhakti juga untuk pelestarian tari ini. Namun ada yang harus kita cermati tentang sejarah dan makna dari tarian ini,” ujar anggota DPRD Bali Dapil Jembrana, Dr. IGA Diah Werdhi Srikandi WS, di Denpasar, Selasa (1/5).

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Bali Hampir 1.800 Orang, Lima Ratusan Warga Terpapar dari Wilayah Ini

Menurut Diah, Tari Rejang Renteng ini berasal dari Br. Saren, Nusa Penida, Klungkung. Renteng berarti rente (tua), ditarikan oleh perempuan yang sudah menikah (tua). “Tua” sendiri mempunyai arti luas, salah satunya terkait gerakan yang halus. Kostum untuk tarian ini juga sederhana tanpa gelung, hanya mengenakan kebaya putih, kamen dan selendang kuning.

“Tarian ini merupakan tarian sakral yang dipentaskan pada saat upacara berlangsung di pura, tari ini dipersembahkan kepada Dewa, dalam pelaksanaannya pun memerlukan sebuah upacara khusus sebelum pementasan,” papar Politisi PDIP ini.

Baca juga:  Dari Dua Kasus Varian Baru Terdeteksi di Bali hingga Puluhan Ribu Orang Sudah Tinggalkan Bali lewat Gilimanuk

Namun di sisi lain, Diah justru mendapati tari rejang renteng malah diperlombakan di desa ataupun oleh organisasi tertentu. Padahal, tarian yang tergolong sakral sudah jelas hanya boleh dipentaskan saat upacara keagamaan berlangsung.

Anggota Komisi III ini menilai, tari rejang renteng tidak patut jika diperlombakan di masyarakat. “Sudah ada organisasi, desa yang melaksanakan lomba tari rejang renteng. Saya selaku wakil rakyat mengimbau kepada masyarakat untuk tidak melombakan tarian ini, karena tari ini bukanlah tari kreasi,” tegasnya. (Rindra Devita/balipost)

Baca juga:  Tabanan Kembali Terima 1.300 Dosis Vaksin Covid-19
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *