Pawai ogoh-ogoh di Kota Denpasar beberapa tahun lalu. Pawai ogoh-ogoh yang akan dilaksanakan 24 Maret nanti ditunda akibat merebaknya virus Corona. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Suasana Patung Catur Muka Denpasar sebagai titik nol Bali menjadi arena aksi iringan ratusan Ogoh-ogoh pada malam Pangerupukan, Jumat (16/3) malam. Suasana ini telah menjadi agenda rutin setiap malam pangerupukan di Denpasar.

Dari arah barat dan utara Patung Catur Muka, silih berganti bentuk rupa Ogoh-ogoh mengitari titik nol Denpasar itu. Ribuan masyarakat telah membludak sejak sore hari sebelum iring-iringan Ogoh-ogoh datang dari kedua arah tersebut.

Tak sampai terjadi gesekan antar sekaa teruna pengiring Ogoh-ogoh yang dengan santun saling menghormati silih berganti menunjukan kreativitas garapan Ogoh-ogoh mereka.

Baca juga:  Malam Pengerupukan, Sejumlah Desa Nihil Ogoh-ogoh

Dua Ogoh-ogoh dinati-nanti masyarakat Denpasar di Catus Pata Catur Muka. Yakni Ogoh-ogoh Ratu Sumedang karya ST. Yowana Saka Bhuwana Banjar Tainsiat, dan Ogoh-ogoh Paksi Ireng karya pemuda Banjar Gemeh.

Hal ini terbukti dari atraksi kedua ogoh-ogoh ini mendapat decak kagum diikuti riyuhan tepuk tangan kegaguman para penonton terhadap kedua karya pemuda Denpasar ini. Ratu Sumedang yang menceritakan tentang aji pengiwa atau pengeleakan menjadi tema Ogoh-ogoh Banjar Tainsiat dipadukan dengan teknologi yang membuat semakin penasaran para penonton untuk melihat lebih dekat karya Sekaa Teruna Tainsiat ini.

Baca juga:  BMKG Catat Gempabumi Susulan

Atraksi kedua Ogoh-ogoh ini berakhir di Catus Pata Catur Muka dengan saling sapa dan berjabat tangan antar kedua pemuda ini.

Ketut Gede Arya Narendra Ketua Sekaa Teruna Banjar Tainsiat mengaku membutuhkan waktu kurang lebih dua bulan dalam membuat hasil karya Ogoh-ogoh Ratu Sumedang. Tanpa menyebutkan jumlah dana yang dihabiskan dari karya Ogoh-ogoh ini, menurut Narendra penggunaan teknologi juga dicoba dalam kemasan Ogoh-ogoh tahun ini dengan arsitek oleh Keduk.

Baca juga:  Tempat Hiburan Malam di Bali Disoroti, Beroperasi Tanpa Memperhatikan Prokes

Bahan ramah lingkungan tetap selalu digunakan dalam menggarap ogoh-ogoh. Seperti Ogoh-ogoh Ratu Semedang dengan sistem ulatan bambu, namun kekuatan struktur tulang Ogoh-ogoh kita menggunakan besi. “Kami berharap masyarakat dapat menerima hasil karya ogoh-ogoh kami tahun ini dan tetap akan terus berkreativitas di tahun berikutnya,” ujarnya. (Asmara Putera/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *