Uang
Ilustrasi. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pertumbuhan ekonomi Bali per tiga bulan, di triwulan IV 2017 tumbuh negatif hingga minus 0,74 persen. Secara akumulatif, pada 2017 ekonomi Bali tumbuh 5,59 persen. Pertumbuhan ini menurun dibandingkan tahun 2016 yang tumbuh 6,32.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho mengatakan, pertumbuhan tahun 2017 sebesar 5,59 persen merupakan pertumbuhan terendah yang pernah dicapai sejak tahun 2011. Karena pada tahun 2016 ekonomi Bali tumbuh 6,32 persen, tahun 2015 tumbuh 6,03 persen. Sehingga pertumbuhan tahun 2017 lebih rendah dari tahun sebelumnya. Namun dibandingkan dengan nasional, pertumbuhan ekonomi Bali positif karena lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yaitu 5,07 persen.

Baca juga:  Karena Ini, Truk Keluar Jalur Tabrak Pohon Perindang

Pertumbuhan 5,59 persen dibentuk dari lapangan usaha akomodasi makan dan minum (akmamin) yang menyumbang 1,82 persen. Akmamin menjadi sumber pertumbuhan tertinggi yaitu 1,82 persen. Tingginya kontribusi lapangan usaha akmamin, tidak terlepas dari tingginya share lapangan usaha tersebut yang tercatat sebesar 23,33 persen. Lapangan usaha lain pembentuk ekonomi Bali adalah kontruksi menyumbang 0,72 persen. Perdagangan 0,72 persen, informasi dan komunikasi 0,56 persen dan 13 lapangan usaha lainnya hanya mampu memberikan andil 1,80 persen.

Baca juga:  Pembangunan Infrastruktur Tak Dorong Pertumbuhan Ekonomi 

Secara ctc (Januari-Desember 2017 dibandingkan Januari-Desember 2016), lapangan usaha yang tumbuh paling tinggi tahun 2017 juga akomodasi makan dan minum (akmamin) yaitu 9,25 persen. Lapangan usaha akmamin merupakan sektor yang dipengaruhi industri wisata. Meskipun pariwisata Bali sempat bergejolak akhir tahun 2017, namun lapangan usaha akmamin tetap tumbuh.

“Akmamin sekalipun berdampak dengan menurunnya kunjungan wisman, tapi tetap tumbuh 6,65 persen (yoy) pada triwulan IV,” imbuhnya.

Lapangan usaha lain yang tumbuh tinggi adalah jasa kesehatan dan kegiatan sosial 8,44 persen dan informasi dan komunikasi 8,14 persen. Sedangkan dari komponen pengeluaran yang berkontribusi tinggi adalah ekspor barang dan jasa sebesar 66,84 persen.

Baca juga:  Canang Sari Picu Inflasi

Namun impor barang dan jasa juga tinggi yaitu 57,65 persen. Pengeluaran konsumsi rumah tangga juga tinggi yaitu 46, 36 persen. Kontribusi pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 32,04 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah 10,89 persen, pengeluaran konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) adalah 1,20 persen, dan perubahan inventori 0,30 persen. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *