Suasana pelaksanaan Outlook Ekonomi Bank Indonesia yang digelar Kamis (14/12). (BP/may)
DENPASAR, BALIPOST.com – Tahun 2017 menjadi masa pemulihan ekonomi, baik secara global, nasional dan Bali. Seiring dengan kondisi global, kondisi ekonomi Amerika dan Tiongkok yang merupakan mitra dagang Bali juga membaik. Sehingga berdampak positif pada ekonomi Bali.

Meskipun demikian, dengan adanya bencana erupsi Gunung Agung di akhir tahun 2017 ini, target pertumbuhan ekonomi Bali terkoreksi. Dari 6,2 persen – 6,6 persen menjadi 5,7 persen – 6,1 persen. Pertumbuhan ini pun belum bisa dipastikan karena kondisi Gunung Agung yang tak menentu. Jika erupsi Gunung Agung berkepanjangan, bahkan ekonomi Bali bisa mencapai 5,2 persen – 5,6 persen.

Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Bali, Causa Iman Karana mengatakan, pada triwulan III 2017, ekonomi Bali mencatat pertumbuhan ekonomi yang cukup bagus yaitu 6,22 persen dibandingkan triwulan II 2017 yaitu 6,01 persen. “Hanya sedikit shock di triwulan IV dengan adanya kejadian erupi Gunung Agung,” ujarnya Kamis (14/12) saat pertemuan tahunan BI dengan tema Memperkuat Momentum.

Baca juga:  Dari Remaja Putri Tewas Lakalantas hingga WN India Menggelandang dan Mengemis

Dengan adanya kejadian erupsi Gunung Agung, ekonomi berkontraksi namun tidak terlalu dalam. “Dari sisi konsumsi, investasi baik pemerintah dan swasta, dan ekspor, semuanya bergerak,” ujarnya.

Dari sisi inflasi menunjukkan kinerja cukup bagus, yaitu sampai November 2017 tercatat 2,91 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang sekitar 3,6 persen pada bulan yang sama.

Inflasi yang rendah karena harga-harga cukup terkendali. Dari sisi supply, cukup baik terutama dari volatile food juga tersedia. Hal ini tidak terlepas dari penanganan erupsi yang cukup baik sehingga dapat mengatasi inflasi.

Baca juga:  Penggerak Ekonomi, Industri Mamin di Bali Sumbang 8,67 Persen

Ia menegaskan bahwa status Awas Gunung Agung hanya berlaku di kawasan rawan bencana. Sedangkan masih banyak wilayah lainnya di Bali yang aman untuk dikunjungi. Wisatawan juga tidak perlu khawatir untuk berlibur ke Bali. Karena kekhawatiran akan terganggunya penerbangan telah diantisipasi dengan menyediakan moda transportasi darat dan laut. “Sebenarnya ini bukan masalah teknis, tapi psikologis,” tandasnya.

Menyongsong tahun 2018, pihaknya memproyeksikan ekonomi tumbuh lebih baik, yaitu tumbuh 6 persen – 6,4 persen. Optimisme itu lantaran dampak erupsi Gunung Agung tidak separah yang dibayangkan.

Selain itu, tahun 2018, akan ada perhelatan akbar dengan adanya IMF-WB dengan kedatangan tamu internasional sebanyak 15.000 orang. Selain pariwisata, sektor lain yang mendesak untuk digarap adalah pertanian secara luas yaitu hortikultura, perkebunan, dan perikanan.

Baca juga:  Bertambah, Pegawai RSU Bangli Positif COVID-19

Pihaknya melihat potensi perikanan yaitu ekspor tuna dan pengalengan cukup menjanjikan untuk mendongkrak ekspor. Karena tuna dari Indonesia meningkat dari segi nilainya yaitu 40,73 persen. Pabriknya terdapat di Benoa dan Jembrana. “Tuna pasarnya di Jepang, harganya cukup tinggi juga, ini harus digenjot,” katanya.

Komoditi perkebunan yang memiliki potensi yaitu kopi dan kakao. Kakao berpotensi dikembangkan di Bali karena wilayah yang cocok ditanami Kakao adalah Afrika dan Indonesia. Di Indonesia, tanah yang bagus untuk menanam kakao juga terbatas yaitu Sulawesi dan Bali. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *