peringkat
Kepala BNNP Bali Brigjen Pol. Drs. Putu Gede Suastawan menerima kenang-kenangan dari pimpinan Setia Satya Darma, Singaraja setelah sosialsiasi pemberantasan dan pencegahan bahaya narkotika Rabu (22/11). (BP/mud)
SINGARAJA, BALIPOST.com – Penyalahgunaan narkotika kini marak di kalangan pelajar dan mahasiswa. Badan Nasional Narkotika Provinsi (BNNP) Bali memperkirakan pelajar dan mahasiswa terlibat narkotika menduduki peringkat empat. Untuk itu, BNNP Bali belakangan gencar melakukan sosialsiasi dan melibatkan pelajar dan mahasiswa menjadi relawan antinarkotika.

Demikian disampaikan Kepala BNNP Bali Brigjen Pol. Drs. Putu Gede Suastawa, SH. saat menjadi narasumber dalam sosialsiasi pembarantasan dan pencegahan penyalahgunaan narkotika di kampus Setia Satya Darma Singaraja Rabu (22/11). Sosialsiasi melibatkan staf dosen, pegawai, ratusan mahasiswa di kampus ini mengikuti sosialsiasi dengan antusias.

Menurut Brigjen Suastawa, pelajar dan mahasiswa belakangan ini mendominasi kasus penyalahgunaan narkotika karena pengawasan pergaulan sehari-hari oleh orangtua masih belum optimal.

Pelajar dan mahasiswa ini terjerumus menjadi pelaku penyalahguna narkotika karena pemberian biaya sekolah dan perlengkapan yang berlebihan. Situasinya diperparah lagi dengan pengawasan yang kurang, sehingga anak bersangkutan mudah terpengaruh untuk melakukan hal-hal negatif seperti mengkonsumsi narkotika. Masa remaja sekarang kebanyakan ingin menunjukkan ekspresi, kemampuan dan bahkan kehebatan diri melalui persaingan.

Baca juga:  Awalnya Saling Lirik, Dua Remaja Belasan Tahun Ditebas

Sayang, kompetisi untuk menunjukkan kemampuan diri itu justru kebanyakan mengarah pada tindakan negatif. Penyebab lainnya semakin mudahnya seseorang mendapatkan narkotika dan penawaran harga yang terjangkau, sehingga pergaulan masa kini remaja dan mahasiswa jika tidak diawasi dengan baik akan mudah terpengaruh dan melakukan penyalahgunaan narkotika.

“Keberadaan pelajar dan mahasiswa ini begitu banyak. Pemberian biaya sekolah yang tidak diawasi, sehingga mereka dengan mudah salah pergaluan termasuk terlibat penyalahgunaan narkotika. Pengawasan pergalulan ini sering kita temukan pelajar pulang larut malam, namun orangtua tidak mencurigai, sehingga ini peluang untuk mereka melakukan tindakan negatif,” katanya.

Baca juga:  Limbah "Styrofoam" Kembali Cemari Pantai Candidasa

Untuk membentengi masa depan pelajar dan mahasiswa dari pengaruh narkotika, BNNP Bali berkomitmen terus menggalakan sosialsiasi pembrantasan dan pencegahan bahaya penyalahgunaan narkotika. Pelajar atau mahasiswa didik agar faham bahwa terhadap penyalahgunaan narkotika dapat menganggu kesehatan dan merusak masa depan.

Dari pemahaman itu, mereka kemudian dilibatkan sebagai lider (pemimpin-red) untuk menyebarluaskan kembali semangat pembrantasan peredaran narkotika di wilayahnya. Dengan penguatan seperti ini, Suastawa yakin pelajar dan mahasiswa bisa terhindar dari dari pengaruh buruk pemakaian narkotika.

“Kita akan ajak mereka sebagai relawan dan menjadi lider dan ini sejalan dengan semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi selain bidang pendidikan dan penelitian, namun bisa mengabdikan diri kepada masyarakat dalam hal partisipasi pembrantasan narkotika itu sendiri,” jelasnya.

Sementara Ketua Setie Satya Darma Singaraja Dr. Ni Luh Nyoman Juli Nuryani, SE.M.M. mengatakan, khusus mahasiswa di kampusnya sendiri, dalam proses pendidikan pihaknya sudah membekali mahasiswa agar tidak mencoba-coba terlibat narkoba melalui pendekatan spiritual dan budaya Bali. Pemahaman nilai spiritual dan budaya ini ditanamkan sejak calon mahasiswa hingga menamatkan pendidikannya.

Baca juga:  Sejumlah Menteri Respons Positif Usulan Pemanfaatan Garam Tradisional Lokal Bali

Selain itu, dukungan pembrantasan peredaran narotika melalui sosisliasi bahan melakukan tes urine menyasar staf dosen, pegawai, dan mahasiswa sudah rutin dilakukan dan hasilnya belum ditemukan mahasiswa dan dosen aserta pegawai yang terlibat kasus narkotika.

“Kita prihatin juga karena mahasiswa masuk rengking empat dalam data pelaku penyalahgunaan narkotika. Di kampus kami lakukan pendekatan spiritual dan budaya dimana agama dan budaya kita tidak membenarkan melakukan tindakan berbahaya seperti narkotika. Sekarang sukur mahasiswa, dosen, dan pegawai tidak ada yang terpengaruh dan ini akan terus kita galakan,” jelasnya. (mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *