Petani dan Pihak BMKG beserta Pemkab Tabanan melakukan panen padi. (BP/san)
TABANAN, BALIPOST.com – Perubahan musim dan cuaca yang ekstrem menyebabkan petani saat ini, terutama jika sawahnya jenis tadah hujan, sangat susah menentukan jadwal tanam. Untuk mengatasi permasalahan ini, BMKG memberikan pengetahuan dan pelatihan melalui Sekolah Lapang Iklim (SLI).

Kepala Balai Besar Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar Drs. M Taufik Gunawan, Dipl. SEIS, Rabu (25/10), mengatakan program SLI untuk Tabanan diberikan pada 25 orang petani di subak Soka Selemadeg Barat. Dipilihnya subak Soka karena tipe sawahnya adalah sawah tadah hujan yang pola tanamnya sangat tergantung dari cuaca dan iklim. “Tujuan dari SLI ini sendiri adalah untuk memberikan pengetahuan kepada petani untuk memanfaatkan informasi iklim dan cuaca dari BMKG sehingga meningkatkan produksi pertanian,” ujarnya.

Baca juga:  Indonesia Rugi Ratusan Triliun Akibat Perubahan Iklim

Lewat program ini pula diharapkan petani mampu menghadapi dan melakukan tindakan dini jika terjadi perubahan cuaca ekstrem, seperti kekeringan dan banjir sehingga petani bisa menyiasati pola tanam mereka. Dalam tiga bulan, petani maupun BMKG serta petugas penyuluh saling berkoordinasi dan duduk bersama memecahkan masalah.

Sebab, kata Taufik, selain cuaca dan iklim, banyak faktor yang menentukan peningkatan produksi padi, seperti serangan hama dan kontur tanah. Dengan koordinasi yang baik, terjadi peningkatan hasil pertanian di Subak Soka. Biasanya menghasilkan enam ton per hektar menjadi 7,2 ton per hektar.

Baca juga:  Bantuan untuk Desa Adat dari APBN dan APBD Kabupaten/Kota Bersifat Opsional

Kepala bidang Informasi Iklim Terapan BMKG Pusat, Marzuki menambahkan informasi cuaca dan iklim dari BMKG lumayan tepat. Sayangnya hanya BMKG yang bisa menafsirkan informasi tersebut.

Lewat SLI ini, petani diberikan pengetahuan untuk bisa menafsirkan informasi dari BMKG. Dalam mengakses informasi cuaca dan iklim dari BMKG pun sekarang tidak sulit bisa melalui web atau disebarkan melalui media sosial.

Salah satu petani di Subak Soka, I Wayan Murjana mengatakan dengan mengikuti SLI, ia dan petani lainnya tidak ragu lagi jika hendak menanam padi. “Tafsiran dulu menggunakan penanggalan Bali atau hitungan sasih. Tetapi cara itu sering meleset. Sehingga kadang dari hitungan sasih turun hujan ternyata hujannya cuma sebentar sehingga petani akhirnya mengalami gagal panen karena sawah kering,” jelasnya.

Baca juga:  Klaster Keluarga Tambah Kasus Baru Covid-19 di Tabanan

Dengan pengetahuan mengenai informasi cuaca dari BMKG, petani tahu berapa lama akan turun hujan sehingga pihaknya tidak was-was mengalami kekurangan air.

Kepala Dinas PertanianTabanan, I Nyoman Budana berharap informasi ini tidak berhenti hanya di Subak Soka. Ia juga berharap agar SLI ini tidak hanya menyasar petani lahan basah saja tetapi petani hortikultura dan perkebunan. “Sebab selain lahan persawahan, Tabanan juga memiliki petani lahan untuk hortikultura dan perkebunan seperti bawang merah, bawang putih, coklat dan kopi,” ujarnya. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *