Kemenpar menggelar pelatihan kompetensi homestay di Pacitan. (BP/ist)
PACITAN, BALIPOST.com – Dua program prioritas Menpar Arief Yahya digenjot di Pacitan. Semua dituangkan dalam pelatihan berbasis kompetensi homestay di Hotel Permata, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, 18-19 September 2017.

Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan Ahman Sya mengatakan, kegiatan ini ditujukan untuk mengetahui, memahami, dan mengimplementasikan kebijakan Kemenpar dalam pengembangan pariwisata Indonesia terutama kebijakan mengenai pengembangan homestay.

Arahnya pun harus digital. Dia tak ingin homestay itu nantinya bernasib sama dengan pengelola transportasi konvensional yang sudah tergilas oleh pengelola transportasi online seperti Uber, Grab dan Gojek.

“Industri pariwisata merupakan cara yang paling mudah untuk mensejahterakan masyarakat. Menciptakan lapangan kerja sekaligus menghidupkan perekonomian rakyat. Cara yang mudah bisa dikatakan yaitu dengan menambah sarana pendukung di sekitar destinasi seperti penginapan atau homestay yang dikelola oleh masyarakat,” ujar Ahman Sya yang didampingi Asisten Deputi Pengembangan SDM Kepariwisataan di Jakarta, Kamis (21/9).

Baca juga:  Tiga Varian COVID-19 Jadi Perhatian Indonesia

Wisnu yang juga hadir dalam pelatihan tersebut mengatakan, untuk mengembangkan pariwisata di suatu daerah tidak perlu membangun dengan modal besar. Caranya bisa sangat simpel. Sarana infrastruktur bisa dimanfaatkan kemudian menciptakan inovasi baru, membuat icon yang bisa menjadi daya tarik. “Ciptakan tempat untuk rileks yang aman, nyaman, indah dan dapat membawa pulang kenangan,” ujarnya.

Anggota DPR RI Komisi X Edhy Baskoro Yudhoyono yang ikut hadir di acara itu juga ikut buka suara. Ibas – sapaan akrab Edhy Baskoro Yudhoyono – mengatakan, Pacitan memiliki potensi daya tarik yang sangat tinggi. Nature, culture dan sumber daya manusia, semua ada di Pacitan.

Baca juga:  Juni Ini, Ribuan Orang akan Berkegiatan di The Nusa Dua

“Salah satu fasilitas pendukung pariwisatanya adalah homestay. Silakan bangun yang unik, memiliki ciri khas sesuai daerah, serta pemberdayaan ekonomi lokal. Jangan lupa promosikan lalu dishare ke sosial media. Jika perlu dengan bahasa asing sehingga Pacitan bisa go internasional dan menjadi destinasi pariwisata dunia,” pungkasnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya juga ikut menanggapi. Menteri lulusan Surrey University itu menyebut di era serba digital, industri pariwisata harus mengikuti perkembangan. Termasuk soal pengelolaan homestay, yang diharapkan kelak bisa menjadi yang terbesar, terbaik di dunia.

Baca juga:  ''Grab for Good'', Tingkatkan Keterampilan dan Layanan Digital Masyarakat Asia Tenggara

“Harus dipisahkan antara kepemilikan dengan pengelolaan. Harus dipromosikan, dijual melalui cara digital, termasuk sistem pembayaran, manajemen pelaporan keuangan, dan lainnya. Tanpa digital, tidak akan bisa bersaing di level dunia,” jelas Arief Yahya.

Arief Yahya yang di tahun 2016 menjuarai berbagai kompetisi pariwisata dunia di 22 negara itu juga menjelaskan, pengelolaan homestay juga harus menggunakan cara korporasi. Bukan lagi dengan model koperasi. “Persaingan ke depan itu, key success factors-nya adalah service excellent,” jelas dia.

“Dengan bahasa lain, siapa yang bisa melayani dengan baik, dialah yang akan memimpin. Homestay memang menjadi prioritas yang dikerjakan Kemenpar, setelah Go Digital dan Air Connectivity,” ujar Menpar Arief Yahya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *