Loloan
Cikar-cikaran yang merupakan permainan tradisional di Loloan Timur, Jembrana kembali dimunculkan. (BP/kmb)
NEGARA, BALIPOST.com – Perayaan Tahun Baru Hijriyah, 1 Muharram 1439 H, di Loloan Timur Rabu (20/9) malam tampak meriah. Masyarakat muslim di Kampung loloan Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana kembali memunculkan permainan cikar-cikaran yang dulu pernah ada dan digemari anak-anak di loloan tepi Sungai Ijogading saat  pawai obor.

Pawai juga diramaikan dengan musik drum band serta hadrah. Kaling Loloan Timur, Muztahidin, mengatakan kegiatan ini serangkaian untuk melestarikan permainan Loloan, diawali dengan pawai obor. Permainan yang pernah ada di kampung ini, katanya sengaja kembali ditonjolkan, karena dulu sangat digemari anak-anak di Loloan sebagai salah satu bentuk permainan. Mainan cikar-cikaran ini, berbahan bambu
dan kayu.

Baca juga:  Kendalikan Hama Tikus, Disbud Rencana Gelar ‘Ngaben Tikus’

Dikatakan tradisi cikar-cikaran ini bentuk permainan dari bambu. “Dulu mainan jenis ini sangat disenangi oleh anak-anak kecil.Tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Karena tidak lagi ada, maka perlu dilestarikan lagi,“ ujarnya.

Pawai obor dan cikar-cikar dilakukan melalui rute yang dimulai di perempatan Loloan Timur berputar ke Loloan Barat dan berakhir kembali ke Loloan Timur. Pemuda dan anak-anak Loloan yang terlibat di pawai itu, berjumlah hingga ratusan.

Ketua Panitia pelaksana kegiatan Irwan Hidayat mengaku tidak menyangka kepesertaan pawai obor serta anak-anak yang ikut memainkan mainan tradisional cikar-cikar cukup membludak. Dibanding tahun lalu, katanya, tahun ini jauh lebih banyak dan lebih meriah, hingga hampir 400 orang.

Baca juga:  Aliran Dana Kasus Ketua Kadin Bali Didalami Ditreskrimsus

Menurutnya mainan cikar-cikar ada yang dibuat sendiri dan ada juga yang membeli di perajinnya. Musadat Johar salah seorang tokoh masyarakat mengatakan
dulu permainan cikar-cikaran sangat digemari anak-anak di Loloan.

Seiring waktu, mainan sangat sederhana ini, ditinggalkan dan kini anak-anak jaman sekarang, sudah tidak mengenalnya lagi. Dulu katanya bentuknya sangat sederhana, cikarnya dari bambu, pakai pelepah kelapa. Dengan dimunculkannya kembali  permainan tradisional ini, untuk mengingatkan bahwa dulu permainan ini sangat digemari dan harapannya
agar kembali dilestarikan.

Mainan cikar-cikaran ini masih ada terlihat sekitar akhir tahun 70-an dan di tahun 80-an sudah mulai jarang hingga sampai sekarang tidak ada lagi. Salah seorang pembuat cikar-cikaran, Mustain warga Loloan Timur, dengan adanya kegiatan ini dia mendulang rejeki. Bahkan dalam waktu seminggu, dia mampu membuat mainan cikar-cikaran lebih dari 100 buah, dengan berbagai bentuk dan ukurannya. Bahan-bahannya hanya dari bambu dan barang bekas. Untuk mencari bahan katanya tidak sulit.

Baca juga:  Dishub Derek Mobil Parkir Sembarangan di Areal Denfest

Dia memanfaatkan batang bambu kecil dan gelang karet, untuk membentuk cikar-cikaran, sedangkan rodanya dari sandal bekas. Hasil kerajinan mainannya dijual mulai harga Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu. Usaha membuat mainan cikar-cikaran ini, diakuinya merupakan rejeki setiap tahun, terutama menjelang 1 Muharram. (kmb/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *