Penari lanang menarikan Tari Legong dalam pementasan di PKB. (BP/wan)
BANDAR LAMPUNG, BALIPOST.com – Membumikan budaya Bali ke dalam peradaban budaya nasional bukanlah perkara susah. Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Hindu Kementerian Agama I Ketut Widnya mengaku dalam beberapa tahun terakhir upaya membumikan seni dan budaya Bali sudah pada tahap kondusif.

“Bali bisa membawa peradaban budayanya ke daerah lain. Ke depan budaya Bali bisa diaplikasikan masyarakat di suatu daerah dengan menonjolkan sisi seninya. Konsep budaya Bali akan diaplikasikan ke daerah-daerah dalam seni,” kata Ketut Widnya MA, PhD dalam keterangan persnya pada acara Temu Karya Ilmiah Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu Tingkat Nasional ke VI Tahun 2017 di Bandar Lampung, Provinsi Lampung, Senin (4/9).

Lomba karya ilmiah para mahasiswa Hindu ini belangsung pada 4 hingga 8 September 2017. Gelaran tiga tahunan kali ini mengambil tema “Melalui Temu Karya Ilmiah Kita Kembangkan Budaya Akademik yang Kreatif, Terampil dan Berdaya Saing Guna Memperkokoh Atmosfer Akademik di Lingkungan Perguruan Tinggi Agama Hindu”.

Baca juga:  Ribuan Umat Hindu Ikuti Prosesi Sapu Leger dan Pebayuhan Sarwa Mala

Dia mencontoh, upaya membumikan seni dan budaya Bali  bisa diterima masyarakat Papua. Warga di ujung timur wilayah Indonesia itu, bisa menerima kebudayaan Bali yang masuk melalui keseniannya yang sudah dikenal mendunia. “Kalau kita ke sana, tidak aneh apabila ada masyarakat Papua yang bisa menari kecak. Jadi orang-orang di sana menyebut kecak rasa Papua. Kecaknya Bali tapi rasanya Papua,” ujarnya.

Bukan itu saja, untuk lebih membumikan budaya Bali, masyarakat yang tertarik dengan kecak menggunakan adat Papua tetapi dengan tarian Bali. “Jadi banyak sekali,  tumbuh liar biasa. Itu yang menurut saya penting  bahwa dengan beragama umat Hindu tidak hanya menjalankan agama saja tetapi harus disesuaikan dengan tradisi dan adat istiadatnya di manapun berada,” katanya.

Begitu juga dengan kesenian Bali yang kini makin diminati  masyarakat Lampung yang bukan hanya mereka yang beragama Hindu. “Kita padukan alat musik cetik yang menjadi alat musik tradisional khas Lampung diaplikasikan dalam seni Bali,” kata Widnya.

Baca juga:  Dirjen Bimas Hindu Serahkan Bantuan Sosial Erupsi Gunung Agung 

Direktur Pendidikan Hindu Ditjen Bimas Hindu Kemenag Ida Bagus Gde Subawa mengatakan pihaknya ingin membangun atmosfer keagamaan Hindu agar lebih baik dan kondusif ke depannya. Salah satunya adalah dengan mendorong sebanyak mungkin para mahasiswa yang menjadi komponen kaum intelektual umay Hindu menelurkan karya-karya ilmiah.

“Supaya pengejewantahan elemen umat Hindu bisa masuk dalam Tri Dharma melalui perguruan tinggi menghasilkan lulusan akademik yang bermutu. Kita lombakan hasil karya ilmiah berskala nasional. Hasil dari kegiatan ini bisa menjadi acuan standar di perguruan tinggi masing-masing,” katanya.

Untuk 2017 ini, STAH Lampung ditunjuk sebagai tuan rumah sesuai dengan hasil Sarasehan Temu Karya Ilmiah Perguruan Tinggi Hindu. Acara yang dilaksanakan selama tiga tahun  sekali ini, diikuti 11 perguruan tinggi Hindu yaitu IHDN Denpasar, UNHI Denpasar, STAH Negeri Gde Pudja Mataram. STAH Negeri Tampung Penyang Palangka Raya, STAH Dharma Nusantara Jakarta.

Baca juga:  KPU Bantah Ada Data Hasil Penghitungan Suara Pemilu 2024

Lalu, STHD Klaten Jawa Tengah, STAH Lampung, STKIP Agama Hindu Singaraja, STKIP Agama Hindu Amlapura Karangasem, UNIMA Manado, STAH Dharma Sentana Palu dan STAH Santika Dharma Malang. “Ada tiga perguruan tinggi Hindu negeri dan delapan perguruan tinggi Hindu swasta,” kata Subawa.

Di seluruh Indonesia, terdapat 12 perguruan tinggi Hindu, namun satu perguruan tinggi negeri lagi belum dapat mengikuti kegiatan ini karena masih dalam proses akreditasi. Lomba diikuti 550 peserta dosen dan mahasiwa.

Ada 14 jenis lomba dalam dua kategori yaitu Lomba Karya Ilmiah, dan Lomba Keterampilan Akademik yang dipertandingkan. Lomba tersebut meliputi Lomba Presentasi Penulisan Proposal Penelitian, Lomba Presentasi Hasil Penelitian, Lomba Penulisan Artikel Jurnal Ilmiah, Lomba Resensi Buku, Lomba Rancangan Penulisan Buku, Lomba Yoga Asanas, Dharmawacana Bahasa Indonesia serta lomba-lomba lain yang berkaitan dengan pendidikan akademis di kampus. (Hardianto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *