tradisional
Ombak besar mengganggu penyeberangan di Desa Kusamba. (BP/dwa)
SEMARAPURA, BALIPOST.com – Bulan Juni hingga Agustus, tiap tahunnya terjadi ombak besar di pesisir pantai Klungkung. Kondisi ini pun membuat penyeberangan tradisional di Desa Kusamba terganggu. Pasalnya, penyeberangan yang belum memiliki tempat sandar permanen tersebut membuat sampan tidak bisa bersandar. Kondisi ini pun membuat Klungkung masih bergantung dengan Padang Bai untuk bisa menyeberang ke Nusa Penida.

Pantauan wartawan Bali Post Klungkung, Jumat (16/6) penyeberangan Banjar Bias, Desa Kusamba terganggu. Hal ini disebabkan ganasnya ombak pantai yang menghantam pontoon saat penumbang hendak menyeberang. Pontoon yang dimiliki pengusaha penyeberangan ini menjadi satu-satunya cara agar penumpang dapat berpindah ke sampan. Pasalnya, sampai saat ini penyeberangan tradisional di Desa Kusamba belum memiliki tempat sandar permanen.  Kondisi ini pun sudah terjadi sejak lama dan belum ada perubahan.

Baca juga:  Wamenkumham Tinjau 3 Lapas di Bali

Menurut Syahbandar Padangbai wilayah kerja Kusamba I Made Wendra setiap tahun terjadi ombak pantai besar pada bulan Juni, Juli dan Agustus. Kondisi ombak besar ini pun tidak bisa diprediksi sehingga penyeberangan pada Juni hingga Agustus harus menyesuaikan tinggi ombak.

Made Wendra menjelaskan pada saat ombak pantai membesar proses bongkar muat dan pengangkutan penumpang terganggu. Untuk tidak mengambil resiko, biasanya sandar sampan dilakukan saat ombak sudah mulai mengecil. Namun, bila ombak tetap saja besar, pihaknya pun menyarankan agar penyeberangan dialihkan ke Padangbai, Karangasem.

Hal ini dilakukan karena fasilitas pelabuhan di Padangbai lebih layak untuk penyeberangan dibandingkan tempat penyeberangan tradisional Kusamba. Selain telah memiliki trmpat sandar permanen, di Padangbai juga dioperasikan armada transportasi modern seperti speedboat. Sementara di Kusamba, selain belum memiliki tempat sandar, armada yang dimiliki juga masih tradisional. “Alat angkutnya masih terkendala saat ombak besar karena perahu tradisinal. Selain itu pelabuhan masih alami. Kapal bisa sandar dengan sempurna di tempat sandar permanen,” jelasnya, Jumat (16/6).

Baca juga:  BPS Catat Hanya 5 Kota IHK Alami Deflasi

Sementara itu Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta yang pada Jumat pagi hendak menyeberang melalui Kusamba terpaksa mengalihkan penyeberangan melalui Padangbai. Menurut Bupati Suwirta rencana penataan pelabuhan di Kusamba dengan program segitiga emas perlu segera terwujud untuk mengatasi kondisi alam ini.

Sementara itu, untuk mewujudkan segitiga emas ini menurut Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Klungkung I Nyoman Sucitra pihaknya telah mengirim berkas untuk melelang pembuatan master plan dan DED Penataan Pelabuhan Sampalan dengan nilai pagu Rp 405 juta. Penataan ini dilakukan karena ada beberapa poin yang masih tidak dimiliki penyebrangan tradisional Sampalan seperti sandar kapal permanen lahan parkir yang representatif, ruang tunggu dan perkantoran.

Baca juga:  Tempat Pemindangan Ikan di Klungkung Kurang Sentuhan Teknologi

Selain itu tempat sandar kapal yang saat ini dimanfaatkan pengusaha penyeberangan masih belum layak disebut dengan pelabuhan, baik dari segi keselamatan dan juga fasilitas yang ada. Menurut Sucitra selain Sampalan, penyeberangan tradisional yang ada di Kusamba juga belum layak sebagai pelabuhan. Namun untuk saat ini pihaknya masih fokus dalam menata Pelabuhan Sampalan.

Sementara itu, untuk penyeberangan tradisional di Desa Kusamba dan juga di Nusa Lembongan belum bisa dilakukan. Pasalnya, Pemkab Klungkung belum menganggarkan untuk penataan pelabuhan lainnya selain di Sampalan, Nusa Penida. “Sementara di Nusa Penida dulu. Yang lain masih menunggu,” tuturnya belum lama ini. (dewa farendra/balipost)

 

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *