kios
Sejumlah kios kosong yang ada didalamnya diinginkan menjadi penjualan buku bekas. (BP/sos)

SINGARAJA, BALIPOST.com- Sejumlah pedagang Pasar Mumbul atau yang lebih dikenal dengan Pasar Loak memilih kembali berjualan ke Pasar Anyar I, Singaraja. Hal tersebut menyebabkan pasar berlantai II ini kian sepi. Supaya tak berlarut-larut, PD Pasar Buleleng pun berkeinginan menjadikan ruang yang kosong sebagai tempat penjualan buku bekas.

Ide ini juga digunakan sebagai pendukung pencanangan Kota Singaraja sebagai kota pendidikan. Direktur Utama PD Pasar Buleleng, I Gde Putu Satwika Yadnya menjelaskan pada awal pembangunan, Pasar Mumbul yang juga bernama Pasar Anyar II berfungsi sebagai tempat jual beli komoditi yang dibutuhkan masyarakat.

Baca juga:  Karena Ini, Penutupan TPA Suwung Sulit Terwujud

Namun, pascaterbakar beberapa tahun lalu, sejumlah pedagang ada yang memilih untuk kembali berjualan di Pasar Anyar I. Kondisi demikian, menyebabkan suasana semakin sepi. Bahkan, untuk di lantai II, sama sekali tidak terisi. Pedagang yang bertahan hanya yang berjualan barang-barang bekas seperti onderdil sepeda motor, baju bekas, dan penjual burung. Pemandangan yang demikian, memunculkan stigma dari masyarakat yang menyebut pasar itu dengan pasar loak.

“Di Lantai I juga tidak seluruh kios terisi. Untuk lantai II, supaya tak mubazir, dimanfaatkan sebagai kantor PD Pasar,” jelasnya, belum lama ini.

Baca juga:  HUT, Gubernur Pastika Luncurkan Buku

Ditengah situasi demikian, pejabat asal Desa Rangdu, Kecamatan Seririt ini mengaku sulit mengambil tindakan untuk meminta pedagang supaya kembali berjualan di pasar tersebut. “Pedagang yang memiliki hak registrasi di pasar Mumbul mengaku terkendala modal, kesulitan komoditi yang cocok untuk dijual, dan mereka selalu memenuhi kewajiban sewa lahan setiap bulannya,” terangnya.

Supaya kios yang kosong tak terus mubazir, inovasi untuk mengangkat potensi pasar digulirkan. Yadnya berkeinginan komoditi yang dijual lebih heterogen, tidak sebatas onderdil sepeda motor, melainkan juga loak elektronik bekas. Selain itu, memanfaatkan Lantai II untuk tempat penjualan buku-buku bekas.

Baca juga:  Omzet Penjualan di PKB Mencapai Rp 8,9 Miliar

Disamping akan memberikan harga lebih murah untuk konsumen, langkah itu juga sebagai pendukung pencanangan kota Singaraja sebagai Kota Pendidikan. “Kami ingin seperti di Jogja. Dengan ada toko buku bekas, biaya yang dikeluarkan pembeli akan semakin sedikit. Harganya akan jauh lebih murah dibandingkan yang baru,” katanya.

Penjualan buku itu akan dikerjasamakan dengan pihak swasta atau interpreneur. Jika tidak ada yang bersedia, PD Pasar akan mencoba melakukan pengelolaan secara mandiri. “Kami masih mencari pihak swasta yang bersedia mengelola itu,” tandasnya. (sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *