Wisatawan India berkunjung ke Pura Besakih. (BP/dok)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Salah satu persoalan yang belum tuntas atau masih menjadi PR di kawasan Besakih adalah para pedagang. Para pedagang ini perlu ditata, agar tidak menimbulkan kesan semrawut dan mengganggu pamedek.

Bendesa Besakih, Jero Mangku Widiartha mengatakan dengan adanya Badan Pengelola Besakih, membawa dampak positif bagi penataan kawasan itu. Ia mengatakan dengan adanya kerja Manajemen Operasional (MO) di lapangan, kesan pungutan liar (pungli) sudah bisa teratasi melalui pungutan satu pintu yang sah.

Setiap wisatawan dikenakan biaya masuk sekali sebesar Rp 60 ribu, lengkap dengan biaya jasa guide dan biaya-biaya lain selama berkunjung ke Besakih. Selain itu, penataan lingkungan juga mulai memberikan dampak. Besakih terkesan lebih bersih dan tertata lebih baik dari sebelumnya.

Baca juga:  Fotografer "Berburu" di Besakih
Tetapi, masalah relokasi pedagang masih belum terpecahkan. Jero Mangku Widiartha, mengatakan rencana relokasi pedagang ini sudah menjadi pembicaraan serius antara prajuru adat dengan MO.

Menurutnya, perlu dicarikan tempat khusus bagi para pedagang ini, yang jumlahnya mencapai ratusan ketika ada piodalan atau karya-karya besar di Besakih. Rencananya, lokasinya disentralkan di barat kawasan perumahan.

Selain tempat jualan, areal itu juga dilengkapi dengan tempat parkir. Ada beberapa lahan yang bisa dimanfaatkan untuk memusatkan tempat jualan ini menjadi satu tempat. “Ini sebagai langkah awal, agar dengan penataan ini, pedagang tidak ada lagi yang jualan di pinggir jalan,” kata Widiartha.

Apalagi kalau pemerintah daerah mau membantu membebaskan tanah pribadi warga yang ada di pinggir jalan, masalah semrawutnya pedagang di pinggir jalan bisa dituntaskan. Namun, dia sendiri mengakui langkah ini cukup sulit, karena terbentur masalah tanah pribadi.

Pembinaan Guide

Selain penataan pedagang, pembinaan untuk para guide juga menjadi salah satu fokus. Para guide ini harus bekerja secara profesional, sehingga bisa memberikan penjelasan yang benar tentang Besakih dan jauh dari sifat-sifat suka melakukan pungli.

Manajer Operasional Badan Pengelola Kawasan Pura Agung Besakih, I Ketut Sumendra, mengatakan sejak MO bekerja, penataan memang menjadi fokus utama. Sebagai bagian dari penataan, para guide atau pramuwisata juga terus mendapat pelatihan-pelatihan. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *