Gubernur Bali, Wayan Koster menghadiri Tawur Agung Labuh Gentuh, Pangruak Bumi, Bhumi Sudha, Panegteg Jagat, dan Pitra Dekot di kawasan Pusat Kebudayaan Bali (PKB), Desa Gunaksa, Kabupaten Klungkung, Senin (29/12/2025). (BP/kmb)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Upacara Tawur Agung Labuh Gentuh, Pangruak Bumi, Bhumi Sudha, Panegteg Jagat, dan Pitra Dekot yang digelar di kawasan Pusat Kebudayaan Bali (PKB), Desa Gunaksa, Kabupaten Klungkung, Senin (29/12) berlangsung khidmat. Upacara suci tersebut dilaksanakan di lima lokasi dan dipuput oleh sejumlah sulinggih.

Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam upacara ini adalah adanya penusangan atau pepaga, yakni tempat permandian sawa atau jenazah, yang ditempatkan di lokasi upacara. Kehadiran simbol tersebut memiliki makna spiritual mendalam sebagai bagian dari prosesi penyucian niskala kawasan PKB.

Yajamana Karya, Ida Ratu Shri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun, disela-sela upacara menjelaskan upacara ini mencakup rangkaian Tawur Agung Labuh Gentuh, Ngeruak Karang, Bhumi Sudha, Nyakapang Karang, serta Nebusin Pitra. Upacara tersebut digelar sebagai dasar spiritual karena kawasan tersebut akan dikembangkan menjadi Pusat Kebudayaan Bali yang baru.

Baca juga:  Kalapas Klungkung Diganti

“PKB ini akan dibangun sebagai kota budaya dengan luas sekitar 320 hektare. Karena itu, diperlukan dasar yang kuat, tidak hanya secara sekala tetapi juga niskala,” ujarnya.

Ia menambahkan, secara historis kawasan tersebut merupakan muara erupsi Gunung Agung pada masa lalu, yang menyebabkan banyak korban jiwa. Selain itu, lokasi ini juga menyimpan jejak kelam peristiwa politik tahun 1965 serta aktivitas galian C, yang menelan banyak korban. Kondisi tersebut diyakini meninggalkan energi niskala yang perlu disucikan melalui upacara yadnya.

Baca juga:  Raja Klungkung Ida Dalem Semara Putra 'Ngupasaksi' Ngusaba Dewa di Pura Dangkhayangan Prapat Agung 

“Melalui simbol proses ngereka, salah satunya diwujudkan dalam bentuk layon, roh-roh yang tersesat di kawasan ini distanakan dan disucikan. Nantinya akan ditempatkan di pura yang berada di arah timur laut kawasan PKB, sehingga area PKB menjadi bersih dan suci,” jelasnya.

Menurut Ida Ratu Shri Bhagawan, lokasi utama upacara berada tepat di catus pata. Ke depan, di titik tersebut akan ditanam penyejeg Pula Kerti sebagai simbol penyeimbang alam. Penyejeg ini ditempatkan di empat arah mata angin, yakni utara, timur, selatan, dan barat, dengan harapan kawasan PKB dapat membawa kebahagiaan serta ketenteraman.

Baca juga:  Kasus Tewasnya Guru SD di Gunaksa, Kepolisian Bentuk Tim Khusus

“Harapan kami, PKB ini bisa menjadi pusat kebudayaan Bali yang baru, menggantikan PKB lama di Denpasar yang kini sudah sangat sempit,” tambahnya.

Secara filosofis, upacara ini dimaknai sebagai upaya membangun fondasi spiritual yang kokoh, agar pembangunan fisik PKB ke depan berjalan harmonis dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas. (Sri Wiadnyana/denpost)

BAGIKAN