Logo Bank Indonesia (BI). (BP/Ant)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan III/2025 diperkirakan masih akan tumbuh kuat. Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali melihat sejumlah indikator yang menunjukkan ekonomi Pulau Dewata masih berada pada jalur positif.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Butet Linda Helena Panjaitan di Denpasar, Jumat (17/10) mengatakan, bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi Bali triwulan III/2025 berada di kisaran 5–5,8 persen, dengan titik tengah sekitar 5,5 persen.

“Ini masih proyeksi. Sebab tentu kita masih menunggu kepastian angka resmi dari BPS Bali,” ujarnya.

Menurut Butet, berdasarkan hasil assessment BI, ekonomi Bali pada triwulan III/2025 terindikasi tetap tumbuh kuat dibanding triwulan sebelumnya. Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Bali menunjukkan tren positif sepanjang 2025. Ekonomi Pulau Dewata tumbuh 5,52% pada triwulan I-2025 dan meningkat menjadi 5,95% pada triwulan II-2025, lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional

Baca juga:  "Grand Design" Bali Pascapandemi COVID-19

Beberapa indikator utama menunjukkan penguatan aktivitas ekonomi di triwulan III/2025. Dari sisi kinerja dunia usaha, hasil survei BI mengindikasikan peningkatan aktivitas sejalan dengan prospek yang lebih optimistis.

“Hasil liaison kami dengan pelaku usaha menunjukkan bahwa mereka masih melakukan ekspansi, terutama pada sektor bangunan. Hal ini terlihat dari meningkatnya penjualan semen,” jelasnya dalam Balinomic Triwulan III/2025.

Selain itu, penyaluran kredit di Bali terus meningkat, didorong oleh kebutuhan investasi dan modal kerja. Di sisi lain, indeks keyakinan konsumen (IKK) juga menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi ke depan.
“Optimisme ini penting dan harus terus dijaga agar dapat mempengaruhi bagaimana dunia usaha dan masyarakat memandang prospek perekonomian Bali,” tegasnya.

Baca juga:  Angin Kencang Landa Bali, BMKG Perkirakan Ini Penyebabnya

Meski demikian, BI mencatat adanya sedikit kontraksi pada penjualan eceran, terutama setelah berakhirnya periode libur panjang dan hari raya. Namun, secara keseluruhan aktivitas konsumsi rumah tangga masih tumbuh positif.
Butet menambahkan, menjaga ketahanan ekonomi Bali harus dimulai dari pemahaman terhadap profil ekonomi Pulau Dewata. Ia menekankan bahwa sektor pariwisata masih menjadi tumpuan utama, menyumbang sekitar 94,41 persen terhadap struktur ekonomi Bali.

Baca juga:  Arus Balik di Pelabuhan Padangbai Masih Landai

“Positifnya, sektor pariwisata sudah pulih dengan baik pascapandemi. Namun, dominasi yang terlalu tinggi juga membuat investasi lebih terpusat di sektor ini,” katanya.

Sementara itu, kontribusi sektor sekunder dan primer masih di bawah 5 persen. Untuk itu, diperlukan upaya memperkuat produktivitas sektor pertanian dan industri pengolahan, termasuk melalui pemanfaatan teknologi digital seperti sistem pembayaran QRIS untuk mendorong efisiensi dan inklusi ekonomi.

“Diversifikasi ekonomi menjadi kunci agar Bali tidak terlalu bergantung pada pariwisata yang sangat rentan terhadap pengaruh eksternal,” jelas Butet.(Dika/balipost)

BAGIKAN