
JAKARTA, BALIPOST.com – TNI mengungkap penyebab meninggalnya Praka Zaenal Mutaqim saat perayaan HUT ke-80 TNI.
Menurut Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI Mayjen TNI (Mar) Freddy Adianzah, Praka Zaenal terlibat insiden saat sailing pass HUT TNI di Teluk Jakarta, Kamis (2/10).
Almarhum sempat mengalami tabrakan di udara dengan penerjun lain ketika terjun payung dalam simulasi operasi Rubber Duck Operation (RDO).
“Proses pada pada saat exit dari pesawat kemudian opening parasut, kemudian terjadilah tabrakan,” kata Freddy di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (9/10).
Freddy dikutip dari Kantor Berita Antara, menilai tabrakan tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor, dari mulai kondisi angin saat terjun payung hingga permasalahan teknis di penerjunan dan pembukaan parasut.
Usai tertabrak, lanjut Freddy, Praka Zaenal masih sempat membuka parasut hingga akhirnya mendarat di permukaan laut. Namun demikian, kondisi Zaenal saat mendarat dalam keadaan setengah sadar.
“Kondisi pada saat itu sadar tapi memang kondisi yang mengigau seperti itu,” jelas Freddy.
Zaenal pun langsung dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto untuk menjalani perawatan medis. Zaenal pun dinyatakan meninggal dua hari kemudian, tepatnya Sabtu (4/10).
Berkaca dengan peristiwa itu, Freddy memastikan jajarannya akan mengevaluasi seluruh rangkaian cara HUT TNI, termasuk sistem keselamatan prajurit.
Dengan adanya evaluasi ini, Freddy berharap HUT TNI tahun depan dapat berjalan lebih baik dan tidak memakan korban jiwa.
Selain itu, Kapuspen juga memastikan keluarga prajurit yang gugur saat rangkaian HUT ke-80 TNI mendapat uang santunan sebesar Rp350 juta.
“Jam 13.30 WIB akan dilaksanakan penyerahan asuransi per orang Rp350 juta kepada ahli warisnya,” kata Freddy.
Uang santunan itu diberikan oleh pihak PT ASABRI (Persero) selaku pihak asuransi yang menaungi instansi TNI dan Polri.
Freddy melanjutkan, pihak keluarga yang akan menerima santunan tersebut yakni istri dari Praka Marinir Zaenal Mutaqim dan kedua orang tua dari Prajurit Satu Johari Alfarizi.
Dengan adanya santunan tersebut, Freddy berharap pihak keluarga yang ditinggalkan dapat terbantu dari segi perekonomian.
Walau demikian, Freddy menegaskan nilai uang yang diberikan TNI tidak bisa dibandingkan dengan besarnya jasa dua prajurit itu dalam membela tanah air.
Karenanya, Freddy dan seluruh jajaran mengucapkan belasungkawa atas gugurnya dua prajurit kebanggaan TNI itu.
“Bapak Presiden RI, Bapak Panglima TNI dan pimpinan TNI turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas gugurnya dua orang prajurit,” jelas Freddy.
Sebelumnya, Seorang prajurit TNI Angkatan Laut, Praka Marinir Zaenal Mutaqim meninggal dunia karena mengalami kecelakaan saat prosesi terjun payung saat gelaran sailing pass atau parade armada laut yang digelar TNI AL di Teluk Jakarta (2/10).
Zainal diketahui tergabung dalam tim terjun payung yang sedang melakoni simulasi tempur dalam rangka perataan HUT ke-80 TNI.
Beberapa hari kemudian, tepatnya pada Sabtu (4/10), salah seorang prajurit Komando Cadangan Strategi Angkatan Darat (Kostrad) yakni Prajurit Satu Johari Alfarizi meninggal dunia karena jatuh dari atas tank milik TNI AD.
Pangkostrad Letjen TNI Mohamad Fadjar mengatakan Johari saat itu sedang berada di atas tank yang dibawa kendaraan transporter. Tank itu akan dipindahkan untuk keperluan acara puncak HUT TNI yang digelar di area Monumen Nasional (Monas), Jakarta (5/10).
Saat proses pemindahan tank berlangsung, Johari jatuh dari atas tank tersebut di sekitaran kawasan Monas. Johari jatuh dari ketinggian sekitar 4 meter dan mengalami luka di beberapa bagian tubuh serta patah tulang.
Johari sempat dibawa ke rumah sakit untuk mendapat penanganan medis, namun meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit. (kmb/balipost)