Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian. (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mendorong pemerintah daerah untuk aktif berkolaborasi dengan investor dalam mengembangkan pengelolaan sampah menjadi energi listrik (PSEL) atau waste to energy.

“PSEL adalah terobosan strategis. Kolaborasi pemda, investor, dan pemerintah pusat menjadi kunci suksesnya, sekaligus mendukung kemandirian energi nasional,” kata Tito, Jumat (3/10) dikutip dari Kantor Berita Antara.

Tito menekankan keberhasilan PSEL sangat bergantung pada sinergi antara pemda, investor, serta dukungan teknis dari Kemendagri.

Pemda memiliki tanggung jawab menyediakan lahan, memastikan infrastruktur dasar, seperti jalan, air, dan listrik, serta menjamin pasokan sampah minimal 1.000 ton per hari untuk operasional PSEL.

Baca juga:  Belasan Ribu Wartawan akan Peroleh Vaksinasi COVID-19

Sementara investor bertanggung jawab pada pembangunan dan pengelolaan fasilitas insinerator, dengan mekanisme kerja sama yang memitigasi risiko, termasuk kekurangan pasokan sampah atau kondisi seperti bencana alam.

Skema ini memastikan aset PSEL tidak terbengkalai dan program tetap berjalan berkelanjutan.

Kemendagri berperan mengawal implementasi di lapangan, memastikan pemda menyiapkan lahan dan infrastruktur sesuai standar, serta mendukung koordinasi antardaerah, terutama bagi proyek PSEL yang dikelola secara aglomerasi.

Saat ini, ada 33 titik lokasi prioritas telah diidentifikasi untuk pembangunan PSEL, termasuk 10 daerah prioritas pertama.

Baca juga:  Solar Langka Akibatkan Layanan Sampah Terganggu

Program PSEL tidak hanya menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan mengurangi beban TPA, tetapi juga menghasilkan energi terbarukan yang langsung diserap PLN. Pemerintah bahkan menghapus sistem tipping fee untuk meringankan beban pemda.

Program ini diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal karena menghadirkan lapangan kerja baru, mulai dari pengumpulan sampah, transportasi, pengolahan, hingga distribusi energi.

Hal ini membuat program tidak hanya berfokus pada lingkungan, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi nyata bagi masyarakat.

Selain itu, kata Tito, teknologi insinerator yang digunakan PSEL mampu mengurangi volume sampah hingga 90 persen sehingga TPA tidak cepat penuh dan kota menjadi lebih bersih.

Baca juga:  Dibanding 2021, Kunjungan Wisman Alami Kenaikan Dua Ribu Persen

Dengan pengelolaan berbasis data, pemda dan investor dapat memastikan volume sampah terpenuhi secara konsisten untuk produksi energi yang optimal.

Keberhasilan PSEL menjadi model nasional pengelolaan sampah berkelanjutan. Sinergi yang kuat antara pusat, Pemda, dan investor tidak hanya mendukung energi terbarukan, tetapi juga memperkuat peran Kemendagri dalam memastikan implementasi program berjalan lancar, aman, dan bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. (kmb/balipost)

BAGIKAN