
DENPASAR, BALIPOST.com – Rencana akan ada kapal pesiar atau cruise di Danau Batur menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan. Di satu sisi, keinginan ini bertujuan untuk mengembangkan pariwisata khususnya di Bangli yang selama ini memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD) terkecil di Bali. Namun disisi lain rencana tersebut dikahwatirkan akan memberi dampak buruk pada kelestarian alam dan masyarakat sekitar.
Dari sisi pariwisata tentu rencana ini akan memberikan destinasi baru bagi wisatawan. Keindahan alam Bangli akan lebih bisa dinikmati wisatawan dengan kearifan lokal masyarakatnya. Salah satunya diakui oleh Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalan Parwisita Indonesia (Asita) Bali I Putu Winastra, Rabu (1/10).
Dia menekankan, agar rencana adanya kapal pesiar ini lebih menekankan kepada kaarifan lokal dengan mempertahankan keasrian danau serta budaya masyarakatnya. Dengan demikian akan memiliki nilai nilai jual karena keunikannya.
“Bangli harus memiliki produk yang berbeda, termasuk rencana cruise ini. Cruise yang dimaksud jangan yang besar lebih spesifik dan sesuai dengan alam Batur dan memakai green energy. Dan Konteksnya harus ada yang iconik,” ungkapnya.
Asita, kata dia memiliki pangsa pasar wisatawan lebih cenderung pada mencari pengalaman dengan memilih konsep wisata berbasis alam dan budaya. Dengan itu selama ini banyak wisatawan yang lebih menikmati keindaha desa-desa di Bali.
Dengan itu rencana pengembangan kapal pesiar di Danau Batur ini diharapkan bisa menekankan pada keindahan alam dan sesuai dengan kearifan lokal. Dia mencontohkan, perjalan wisatanya bisa menyusuri Desa Trunyan dengan catatan desa ini harus ditata lebih baik, kemudian story telling terkait Patung Dewi Kwan Im sehingga konsepnya tidak sama dengan cruise lainnya. Dalam perjalan wisatanya juga hanya one day trip tidak sembari menginap.
Demikian rencana tersebut ungkap Winastra, harus memberi kebermanfaatan bagi masyarakat lokal. Adanya pembangunan harus lebih disosialisasikan kepada masyarakat sehingga masyarakat bisa memahami. Dikatakannya Asita akan menjual produk berkualitas dan cocok dengan keinginan pasar sehingga ditekankan setiap pengembangan atau pembangunan pariwisata bisa memiliki keunikan yang berbeda dari lainnya yang telah ada. (Widi Astuti/balipost)