
AMLAPURA, BALIPOST.com – Menyempitnya lahan sawah di Kabupaten Karangasem berdampak pada gabah yang dihasilkan petani. Saat ini, dengan luas sawah mencapai 7.022 hektare, Karangasem baru mampu memproduksi gabah sebanyak 67 ton.
Jumlah tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan beras di kabupaten dengan jumlah penduduk 522 ribu jiwa ini.
Kabid Prasarana dan Sarana Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Karangasem, I Putu Gede Suwata Berata mengungkapkan, produksi gabah 67 ton jika dikonversi menjadi beras maka jumlahnya hanya sekitar 46 ton.
“Dengan adanya alih fungsi lahan sampai 161 hektare ini jelas mempengaruhi hasil produksi gabah karena lahan sawah yang sebelumnya ditanami padi, kini beralih fungsi,” ujarnya, Senin (29/9).
Suwata Berata mengatakan, produksi beras belum cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Karangasem secara keseluruhan. Sebab, konsumsi beras per kapita capai 111,88 ton per tahun.
“Jadi, kalau dihitung semua, padi dan pangan lain, Karangasem masih surplus pangan. Maka dari itu, kekurangan beras bisa ditutupi dengan hasil pangan lain seperti jagung, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, dan lainnya,” katanya.
Agar produksi beras mencukupi, pihaknya menggencarkan pemberian benih secara gratis kepada petani untuk mendukung swasembada pangan. “Selain bantuan benih, kita juga memberikan bantuan pupuk bersubsidi termasuk alat mesin pertanian (alsintan) kepada petani,” imbuhnya.
Lebih lanjut dikatakannya, untuk mencegah penyempitan sawah ke depannya, pihaknya telah memberikan sosialisasi dan mengingatkan kepada subak dan kelompok tani untuk menjaga sawahnya supaya tetap dimanfaatkan untuk menanam padi guna menjaga ketersediaan pangan.
“Selain itu, kita juga telah mengembangkan padi gogo untuk memanfaatkan lahan-lahan yang menganggur atau lahan yang tidak produktif,” tandas Suwata Berata. (Eka Parananda/balipost)