
DENPASAR, BALIPOST.com – Bencana banjir Rabu, 10 September lalu membuat petugas kebersihan khususnya Pasukan Biru Dinas PUPR Denpasar bekerja ekstra. Petugas yang biasanya bekerja dari pukul 07.00 Wita hingga 14.30, mesti menambah waktu kerjanya.
Ketua tim pengawas Pasukan Biru PUPR Denpasar Sai’in, Selasa (23/9) menuturkan, petugas kebersihan sungai dan drainase yang tergabung dalam tim pasukan biru berjumlah 232. Mereka khusus membersihkan saluran air.
Sampah di air yang memiliki karakter khusus perlu ditangani secara khusus juga. Maka dari itu, tim pasukan biru ini dibentuk. Selain membersihkan setiap pagi hari, tim ini juga memasang jaring di 21 titik di 9 sungai.
Sampah yang tersangkut inilah yang dibersihkan setiap pagi oleh pasukan biru. “Biasanya kami membersihkan di Tukad Mati Denbar, di Densel biasanya kami bersihkan di Tukad Punggawa, Tukad Rangda, dan Tukad Loloan. Di Denut, kami biasanya bersihkan dari wilayah Ubung Kaja, Peguyangan termasuk Gajah Mada, dan di Densel kami bersihkan di trash rack Pulau Galang,” bebernya.
Berbeda dengan sampah di atas tanah atau daratan, sampah sungai memiliki bobot yang lebih berat dan sulit dipilah. Sampah inilah jika tidak dibuang ke TPA Suwung, yang menjadi soal pasalnya tidak memungkinkan dipilah, dicari yang memiliki nilai ekonomi.
Tim ini juga bergulat dengan risiko binatang buas seperti ular, belahan beling atau paku yang tak terlihat ketika berada di air.
Diakui, pekerjaan tambah berat saat banjir dan pascabanjir, mulai dari tanggal 10 September hingga seminggu ke depannya. Mereka merasa dihajar babak belur oleh sampah di sungai. Ia mencatat ada lebih dari 200 truk (1,5 ton) yang mengangkut sampah sungai selama proses pembersihan beberapa hari pascabanjir
“Saat pembersihan di dekat Hotel Batukaru, sampah pohon, bambu besar di tengah sungai, betul-betul sulit diangkut dari air. Ada juga sampah di Gang Pudak, Ubung, betul-betul sampahnya luar biasanya banyak. Tapi untung banyak warga yang membantu,” tuturnya.
Pasukan biru memiliki ratusan petugas yang mana 116 di antaranya masih berstatus honorer, sisanya telah menjadi PPPK. Masih adanya pegawai honorer karena dibutuhkan banyak tenaga untuk membersihkan saluran air di Denpasar ini. Maka dari itu 116 orang tersebut, banyak yang merupakan orang baru, dan sisanya tenaga menjelang purna tugas.
Meski beban kerja cukup berat namun para tenaga honorer kebersihan ini dihargai gaji UMR, fasilitas jaminan kesehatan, ketenagakerjaan serta uang lembur jika mereka bekerja melebihi waktu. “Terutama pascabanjir kemarin, banyak yang kami ajukan lembur untuk mempercepat pembersihan sungai agar Denpasar cepat bersih,” ujarnya.
Diakui belakangan, sampah yang dibuang ke sungai mulai berkurang. Menurutnya, mungkin masyarakat mulai aware terhadap sungai karena terkena dampak banjir bandang lalu.
Kepala Bidang Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Denpasar Gandhi Dananjaya Suarka, ST., MT. sebelumnya mengatakan, sungai yang melewati Kota Denpasar yang bermuara ke laut ada 9 yaitu, Sungai Badung dengan hilirnya di Waduk Muara, Sungai Ayung hilirnya di Pantai Padanggalak, Sungai Mati hilirnya Pantai Kuta, Sungai Loloan hilirnya Pantai Sanur, Sungai Ngenjung hilirnya Pantai Sidakarya, Sungai Punggawa hilirnya Pantai Suwung, Sungai Rangda hilirnya Pantai Suwung, Sungai Pekaseh hilirnya Pantai Suwung, Sungai Pemogan hilirnya Pantai Pemogan.
Dari 9 sungai tersebut, sampah yang dihasilkan dari hulu rata- rata dua truk, masing- masing berkapasitas 4 meter kubik. Sehingga total per sungai menghasilkan 8 meter kubik sampah. Dengan demikian 8 meter kubik sampah dikali 9 sungai menjadi 72 meter kubik sampah atau 25,42 ton.(Cita Maya/balipost)