
JAKARTA, BALIPOST.com – Lingkungan sekolah diminta menjadi pelopor untuk mengelola secara mandiri sampah yang dihasilkan di kawasan masing-masing guna mengurangi beban ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
“Kami akan kawal langsung, harapan kami maka sampah itu harus selesai di sekolah masing-masing, tidak dibawa keluar,” kata Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Hanif Faisol usai kegiatan “Deklarasi Komitmen Generasi Lingkungan” yang tergabung dalam Program Adiwiyata se-Jakarta Utara, seperti dilansir dari kantor berita Antara, Selasa (5/8).
Dukungan penanganan sampah itu diperlukan mengingat Jakarta Utara sudah ditetapkan menjadi percontohan nasional untuk pengelolaan sampah, sebagai bagian upaya mencapai target pengelolaan sampah 100 persen pada 2029.
Penanganan sampah di kawasan, termasuk sekolah, kata dia, dapat membantu mengurangi beban sampah, mengingat Jakarta menghasilkan sekitar 8.000 ton sampah per hari yang berakhir menumpuk di TPST Bantargebang.
Menurut Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPS), khusus wilayah Jakarta Utara menghasilkan 1.396 ton sampah per hari pada 2024.
Sisa makanan masih menjadi sampah terbesar yang dihasilkan setiap tahunnya. Di Jakarta, jenis sampah sisa makanan menyumbang 49,87 persen dari total timbulan sampah 3.171.247 ton selama tahun 2024.
Menteri LH Hanif Faisol mengatakan akan berdiskusi dengan Wali Kota Jakarta Utara untuk mendorong penyelesaian sampah di kawasan sekolah, setelah upaya serupa didorong untuk kawasan pusat perbelanjaan, pasar, perumahan, dan lokasi sejenis.
Tidak hanya itu Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) rencananya akan meninjau setiap lokasi yang berpotensi menghasilkan timbulan sampah untuk memastikan penyelesaian dilakukan oleh pengelola di wilayah kerjanya masing-masing.
“Semua komponen yang terlibat di dalam rangka penanganan sampah di Jakarta Utara akan terus kita datangi,” kata Menteri LH Hanif Faisol Nurofiq. (Kmb/Balipost)