Siswa di SMRP 17 Mahatmiya Bali mengikuti kegiatan MPLS di Sentra Mahatmiya Bali, Desa Banjar Anyar, Tabanan. (BP/Istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Sekolah Rakyat pertama di Bali yang dipusatkan di Sentra Mahatmiya Bali, Desa Banjar Anyar, Tabanan memulai kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) pada Senin (21/7).

Sekolah ini khusus menampung siswa yang memulai jenjang menengah pertama, sehingga sebutannya Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP). Karena merupakan sekolah rakyat ketujuh belas yang didirikan di Indonesia, terdapat embel-embel 17 di belakang SRMP. Lengkapnya menjadi SRMP 17 Mahatmiya Bali.

Dalam MPLS, siswa harus mengikuti kegiatan jasmani bersama personel TNI dan Kodim 1619/Tabanan. Tujuannya untuk meningkatkan kebugaran fisik dan membangun disiplin siswa.

“Untuk MPLS hari ini, siswa diberikan materi seperti profil pelajar Pancasila, beriman, bertakwa, berakhlak mulia dan profil pelajar Pancasila ber-kebhinekaan global,” ucap Kepala Sentra Mahatmiya Bali, Sri Wibowo.

Ia mengatakan aktivitas sekolah rakyat yang menerima 75 siswa dari empat kabupaten/kota ini, yakni Tabanan, Buleleng, Denpasar, dan Badung, sudah dimulai sejak 14 Juli 2025.

Wibowo, menjelaskan MPLS telah diawali dengan pemeriksaan kesehatan seluruh siswa yang telah dilaksanakan 14 – 15 Juli 2025.

Siswa di SMRP 17 Mahatmiya Bali mengikuti kegiatan MPLS di Sentra Mahatmiya Bali, Desa Banjar Anyar, Tabanan. (BP/Istimewa)

Jika, ditemukan siswa dalam kondisi kurang sehat, akan diberikan terapi lebih dulu sebelum mengikuti kegiatan.

Baca juga:  Gunung Agung Level III, Pengungsi Mulai Kembali ke Rumah

“Lingkungan sekolah harus dikenalkan sejak awal karena latar belakang anak-anak ini sangat beragam. Termasuk kami kenalkan kurikulum yang fleksibel, menyesuaikan dengan kebutuhan siswa,” jelasnya.

Pendidikan Gratis

Ia memerinci para siswa berasal dari empat kabupaten/kota yakni Tabanan sebanyak 61 siswa, Buleleng 7 siswa, Denpasar 4 siswa, dan Badung 3 siswa.

Mereka akan menjalani pendidikan jenjang menengah pertama secara gratis, karena seluruh biaya pendidikan ditanggung penuh oleh pemerintah.

Untuk tahap pertama ini, 75 siswa dibagi dalam 3 rombongan belajar (rombel) dengan jumlah per rombel sebanyak 25 orang.

Dalam pembelajaran, baik siswa laki-laki maupun perempuan tidak dipisahkan. Cuma, saat di asrama, mereka akan ditempatkan sesuai jenis kelamin.

Gunakan Pendekatan Individual

Bowo juga mengatakan, SR tidak hanya mengandalkan metode pembelajaran klasikal, tetapi juga menerapkan pendekatan individual.

Bagi siswa berkebutuhan khusus disiapkan pendampingan khusus. Bahkan, dilakukan tes DNA untuk memetakan potensi bakat siswa, agar pengembangan minat dan bakat bisa lebih tepat.

“Misalnya, dari hasil tes DNA ada siswa berbakat olahraga seperti sepak bola atau badminton, maka para siswa ini bisa diarahkan ke klub yang sesuai,” ujarnya.

Baca juga:  Pemilih Tetap Bisa Nyoblos Jika Tak Dapat Form C, Ini Syaratnya
Siswa SMRP 17 Mahatmiya melakukan kegiatan jasmani di Sentra Mahatmiya, Tabanan saat pelaksanaan MPLS. (BP/Istimewa)

Fasilitas penunjang yang tersedia di Mahatmiya terbilang lengkap, meliputi tiga ruang kelas, dua asrama untuk siswa putra dan putri, dua asrama guru, ruang UKS, perpustakaan, laboratorium komputer dan IPA, hingga studio musik.

Program Sekolah Rakyat merupakan inisiatif pemerintah pusat yang bertujuan memutus mata rantai kemiskinan struktural melalui pendidikan berkualitas bagi keluarga miskin

Proses operasional sekolah ini berada di bawah Kementerian Sosial dengan dukungan infrastruktur dari Kementerian PUPR.

Peluncuran nasional program ini rencananya dilakukan oleh Presiden RI Prabowo Subianto pada Juli atau Agustus 2025 di Bekasi, Jawa Barat.

Dilatih Disiplin dan Penguatan Karakter

Selama proses pembelajaran, siswa masuk asrama dengan jadwal khusus untuk kedisiplinan.

Namun Wibowo menegaskan, pembelajaran di SR tidak menerapkan sistem semi militer.

“Konsep pembelajaran mengikuti sekolah SMP pada umumnya, namun ditambah penguatan karakter,” jelasnya.

Kedisiplinan ditumbuhkan mulai dari siswa bangun tidur, jam makan, jam istirahat serta kegiatan mengikuti pembelajaran sampai kembali beristirahat di asrama.

Meski dilatih disiplin, namun pihak sekolah tetap memberikan ruang pada siswa untuk menjaga komunikator dengan keluarga.

Ia menyebut tetap diperbolehkan membawa handphone (HP), namun penggunaannya akan diatur oleh guru dan tidak diperkenankan saat jam pelajaran berlangsung.

Baca juga:  Transmisi Lokal COVID-19 di Bali : Dari Ibu Hamil hingga Balita Terjangkit dan Satu Desa Diisolasi
Suasana di Sentra Mahatmiya Bali. (BP/Istimewa)

SRMP 17 di Mahatmiya Bali memiliki 12 tenaga pendidik inti, ditambah dua wali asrama yang bertugas penuh selama 24 jam.

Pekerja Sosial Jadi Wali Asuh

Tak hanya itu, juga terdapat pekerja sosial dari Kementerian Sosial yang bertindak sebagai wali asuh.

Setiap pekerja sosial bertanggung jawab mendampingi 10 anak.

Mereka berperan sebagai manajer kasus yang akan membantu mengatasi permasalahan pembelajaran atau masalah psikososial lainnya.

“Jika ada anak kesulitan menyerap materi, maka pekerja sosial akan turun tangan mencari akar masalahnya dan mencari solusi terbaik,” terang Wibowo.

Wibowo menambahkan, keberadaan SRMP 17 di Mahatmiya tidak akan mengganggu program utama Sentra Mahatmiya karena menggunakan blok dan fasilitas terpisah. “Fasilitas Mahatmiya tetap berjalan seperti biasa, tidak ada yang dikurangi,” tegasnya.

Ke depan, pemerintah pusat tengah menyiapkan pembangunan Sekolah Rakyat permanen di Kabupaten Karangasem.

SR tersebut dirancang untuk jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK dengan kapasitas hingga 1.000 siswa. Jika sesuai rencana, siswa SR Mahatmiya akan dipindah ke Karangasem pada tahun ajaran kedua, yaitu 2026. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN