
TABANAN, BALIPOST.com – Curah hujan tinggi yang mengguyur wilayah Tabanan belakangan ini memicu bencana alam di sejumlah titik. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tabanan mencatat sedikitnya 17 titik bencana, didominasi oleh longsor dan banjir.
Kepala Pelaksana BPBD Tabanan, I Nyoman Srinada Giri menyebut, dua kecamatan yang paling parah terdampak adalah Kediri untuk banjir, dan Marga untuk tanah longsor.
“Pembersihan pascabencana sudah dilakukan, tadi pagi tim juga melanjutkan di wilayah Pandak dan Kerambitan. Dan untuk penanganan pasca bencana, kami masih menunggu permohonan resmi dari warga yang terdampak,” ujarnya, Rabu (9/7).
Nantinya setelah permohonan masuk, pihaknya akan menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan mengajukannya ke Bupati Tabanan. Karena bantuan yang diberikan bersifat stimulan, maka dalam bentuk bahan bangunan sesuai kebutuhan warga terdampak.
Srinada menjelaskan, untuk anggaran bantuan penanganan pasca bencana menggunakan dana Belanja Tak Terduga (BTT) yang tahun ini disiapkan sebesar Rp5 miliar. Namun dana ini dialokasikan ke sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) teknis, seperti Dinas PUPR, yang saat ini paling banyak kerusakan terjadi pada infrastruktur jalan akibat banjir.
Pihak BPBD juga telah mengajukan surat pernyataan Bupati agar bisa dilakukan pergeseran anggaran, guna mempercepat proses penanganan.
Selain faktor cuaca, Srinada mengingatkan bahwa perilaku masyarakat turut memperparah bencana. Banyak sungai yang menyempit karena sampah dan bangunan liar di bantaran.
“Banjir bukan semata karena hujan. Banyak sungai yang dulunya lebar 8 meter, sekarang tinggal 4 meter karena dipenuhi bangunan dan sampah. Ini membuat air tidak bisa mengalir lancar saat debitnya besar dari hulu,” jelasnya.
Karena itu, ia mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, terutama di aliran sungai. “Sampah yang kita buang sembarangan, bisa menjadi penyebab utama bencana,” tegasnya. (Puspawati/Balipost)