
DENPASAR, BALIPOST.com – Sajian menggelitik, penuh energik, dan sarat makna ditampilkan para seniman drama gong lawas yang tergabung dalam Paguyuban Pecinta Seni Drama Gong Lawas, di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Bali Art Center Denpasar, serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII Tahun 2025, Rabu (2/7) malam. Meskipun usia para seniman drama gong lawas sebagian besar telah lanjut usia, namun mereka tampil “all out” dalam menyajikan setiap adegan drama yang berjudul “Sanan Tuak”.
Apalagi, penampilan mereka disaksikan langsung oleh Gubernur Bali Wayan Koster bersama Ny. Putri Suastini Koster hingga akhir pementasan pukul 24.00 Wita.Gubernur Koster pun menyanjung penampilan para seniman drama gong lawas yang masih energik dan menghibur penggemarnya di usia yan sudah tidak muda lagi. Menurutnya, para seniman DGL terus menjaga seni dan budaya Bali, khususnya drama gong lawas. Apalagi, seni merupakan kekayaan budaya Bali yang hingga saat ini menjadi pondasi kuat tumbuh dan bertahannya warisan budaya dan kesenian di Bali.
“Dahating suksma makesami, para seniman lawas sudah semangat tampil di PKB 2025, energik dalam menjaga, melestarikan dan membangkitkan seni budaya Bali. Kepada seniman lintas generasi teruslah berkarya, berkreasi dan tingkatkan kualitas diri,” ujar Koster.
Antusiasme masyarakat pecinta seni drama gong lawas juga begitu tinggi yang memadati seluruh tribun Ardha Candra yang berkapasitas 10 ribu orang. Bahkan, ribuan penonton sudah tampak memasuki Ardha Candra beberapa saat sebelum pagelaran dimulai. Mereka berebut tempat duduk strategis agar bisa menyaksikan pementasan dengan baik di panggung. Sedangkan penonton yang tidak kebagian tempat, mereka menyaksikan lewat layar lebar yang berada di depan pintu masuk Panggung Terbuka Ardha Candra.
Acara yang dijadwalkan pukul 20.00 Wita, baru dimulai pada pukul 20.20 Wita. Hal ini pun membuat penonton sempat resah. Mereka tidak sabaran untuk menyaksikan para seniman drama gong lawas tampil. Mereka rindu akan sosok-sosok seniman drama gong era 90-an ini.
Hal ini diungkap salah satu pecinta drama gong lawas, Pekak Darta (68) asal Kemuning, Klungkung. Ia mengatakan rindu akan penampilan para seniman drama gong lawas era 90-an. Meskipun beberapa legenda seniman drama gong lawas sudah tiada dan beberapa yang tidak bisa ikut dalam pementasan kali ini, namun ia merasa kerinduannya sedikit terobati. Ia pun mengenang pementasan-pementasan drama gong lawas yang ditontonnya pada saat masih muda dulu.
Setelah acara dimulai, sorot mata para penonton pun tertuju pada panggung sisi utara, ketika tabuh pembuka drama gong lawas yang dipandu Ida Bagus Kartika sebagai tukang ugal, mengalun mengawali pagelaran.
Selanjutnya, penonton “diajak berkelana” mengikuti alur cerita drama gong, saat adegan demi adegan berlangsung. Sorak-sorai penonton menggema ketika terlontar lawakan-lawakan segar. Penonton juga memberikan aplus saat pemain drama gong tampil memesona.
“Hanyut” dalam cerita, penonton tak beranjak hingga pagelaran drama gong lawas usai. Apalagi, dalam pementasan ini sesekali diselipkan ajakan kepada para penonton untuk menjaga kebersihan lingkungan agar bebas dari sampah plastik. Ini sejalan dengan program pemerintah menuju Bali bersih sampah plastik.
Sebanyak 21 pregina tampil malam itu. Nama-namanya sudah tak asing lagi bagi pecinta drama gong lawas. Mereka diantaranya Sang Ayu Ganti, Sang Ayu Tirta, Luh Sasih Arini (Mongkeg), Nyoman Supadma, Anak Agung Kartika, Ida Bagus Raka Pujana (Komang Apel), Jro Dasaran Suyadnya, Dewa Ayu Yuniari, Ida Bagus Mambal, Gede Randana, Nyoman Lues, Wayan Suratni, Madya Yani, Gulik, Wayan Sudiantha, Wayan Pasta, Mangku Rai, Ajik Dolir, Ida Bagus Topok, Selamat dan Jro Made Jani.
Drama gong “Sanan Tuak” yang naskahnya disusun dan disempurnakan Jro Dasaran Suyadnya tersebut, mengisahkan seorang Raja yang sangat diktator, namun dalam perjalannya berhasil dikendalikan oleh Patih Agung.
Kekuasaan Raja selanjutnya dipegang oleh Patih Agung dengan merongrong pemerintahan dari dalam. Siapa lawan yang mengetahui tindak-tanduk Patih Agung harus disingkirkan. Termasuk Patih Werda disingkirkan karena mengetahui beberapa upeti yang dipegang oleh Ki Dukuh Tanggun Titi dikorupsi oleh Patih Agung.
Tetapi pemerintahan seperti itu tidak bertahan lama. Terbukti dengan kematian Ki Dukuh Tanggun Titi, jalan untuk memusnahkan karma Patih Agung segera terhenti. Pergerakan pemuda desa dengan keyakinan yang besar karena membawa jimat Sanan Tuak, mampu memusnahkan perjalanan Ki Patih Agung.
Ketua Paguyuban Pecinta Seni Drama Gong Lawas, Anak Agung Oka Aryana yang kesehariannya sebagai notaris ini mengaku terharu dan bangga persembahan drama gong lawas dari paguyuban masih diminati oleh masyarakat pecinta seni drama gong lawas. Meskipun sempat diterpa berbagai polemik, pihaknya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pendukung sehingga pementasan bisa berjalan sesuai dengan harapan. Ia berharap apa yang dipentaskan ini bisa mengobati kerinduan para pecinta seni drama gong lawas.
Diungkapkan, persiapan pentas dilakukan secara matang. Latihan untuk pementasan sudah berjalan sejak 2 Minggu lalu secara beruntun di Sekretariat Paguyuban Drama Gong Lawas, di Puri Gandapura, Kesiman Kertalangu. Hal ini juga dibenarkan oleh Koordinator tabuh Ida Bagus Kartika. Dikatakan, latihan tabuh sudah dilakukan sebanyak 7 kali secara beruntun.
Wakil Ketua Paguyuban Drama Gong Lawas, Drs. Dewa Putu Kandel, S.Pd.,M.Pd., didampingi Sekretaris Pande Adi Asmara juga mengungkapkan bahwa begitu mendapatkan jadwal pentas dari Disbud Bali, pihaknya langsung bergerak cepat mengumpulkan seniman dan penabuh. Mereka langsung menyambut gembira karena mendapat kesempatan ngayah di PKB untuk menghibur masyarakat yang masih merindukan kehadiran drama gong lawas.
“Kami Paguyuban Drama Gong Lawas mengaturkan terima kasih kepada masyarakat Bali karena masih cinta kepada para seniman drama gong lawas kami,” ucapnya. (Adv/balipost)