SEMARAPURA, BALIPOST.com – Desa Adat Gelgel dipercaya oleh Pemkab Klungkung untuk mewakili daerah dalam Peed Aya, serangkaian kegiatan PKB pada 21 Juni nanti. Berbagai persiapan telah dilakukan pihak desa adat, melibatkan sekitar 275 orang.

Sejumlah kolaborasi seni dan budaya juga sudah dipersiapkan, sesuai dengan tema PKB tahun ini, yaitu “Jagat Kerthi Lokahita Samudaya (Harmoni Semesta Raya) yang dimaknai sebagai upaya nyata mewujudkan keharmonisan antara Bhuana Agung dengan Bhuana Alit.

Bendesa Adat Gelgel, I Putu Arimbawa, Selasa (10/6) mengatakan sebagaimana dengan tema itu, di Desa Adat Gelgel sesungguhnya sudah mewujudkan keharmonisan itu sejak dulu, sejak zaman kerajaan. Bahwa kehidupan masyarakat sudah berjalan dengan baik, walaupun berbeda keyakinan, terutama dengan Desa Kampung Gelgel.

Sehingga, saat melakukan koordinasi, di sana juga memiliki semangat yang sama, untuk mewariskan kepada generasi ke depan, bahwa harmoni itu sudah ada sejak dulu, hingga generasi saat ini wajib menerima warisan dari leluhur.

Baca juga:  Satu Pasien Positif COVID-19 di Serdang Bedagai Meninggal

Terkait dengan persiapan, pihaknya juga sudah melakukannya mengacu pada ketentuan dari Provinsi Bali. Terutama terkait dengan Peed Aya. Karena dalam Peed Aya, ada beberapa kriteria, seperti pembawa papan nama, jegeg bagus, tarian hingga baris.

Klungkung diwajibkan pada unsur baris. Sehingga, dari baris ini, rencananya akan ditampilkan Baris Oncer Ganda sebagai poin center, kemudian Baris Pratiwa, Baris Jangkang dan Rudat.

“Kami sudah mendapatkan pembinaan dari Provinsi Bali, dan diberikan catatan kurator, yang harus dijadikan acuan. Selanjutnya, baru akan gladi resik sekali pada 19 Juni. Sebagai kesiapan Pawai Peed Aya. Selain juga sebagai pesan kepada masyarakat Desa Adat Gelgel, bahwa desa adat akan mengikuti pawai ini,” katanya.

Baca juga:  Desa Adat Tamanbali Tata Pasar Senggol

Total, dalam Peed Aya ini melibatkan sebanyak 275 orang, karena juga akan menampilkan potensi kerajinan yang terdiri dari lima jenis kerajinan, antara lain, Wayang Kamasan, Bokor Slaka dan lainnya.

Khusus mengenai Tari Baris Oncer Ganda, yang dikenal sakral, Arimbawa mengatakan bahwa semua tari baris pada intinya merupakan tari sakral. Termasuk juga Baris Oncer Ganda, Baris Jangkang, Baris Pratiwa. Terkait dengan Oncer Ganda, pihaknya menegaskan dalam Peed Aya ini, hanya akan menampilkan sebagian kecil dari tarian itu. Selain itu juga sudah matur piuning di Pura Puseh, karena ini terkait dengan kewajiban desa adat menampilkan tari baris.

“Sama halnya dengan catatan dari Pemprov Bali, saat kami hendak menampilkan tari rejang sakralnya, tari rejang rentengnya. Dengan desain rencana untuk mabiasa, seperti terinspirasi dari kegiatan di Desa Adat Gelgel, ini menjadi catatan tim kurator, bahwa menghindari tarian sakral dalam wujud utuh. Tetapi nanti bahasanya menjadi tari rerejangan, yang terinspirasi dari Tari Rejang Renteng di Desa Adat Gelgel,” katanya.

Baca juga:  Desa Adat Tegalcangkring Kelola BUPDA Mart untuk Bantu Krama

Di sisi lain, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Klungkung, I Ketut Suadnyana mengatakan Tari Baris Oncer Ganda, dalam setiap ada kegiatan sakral saat pujawali atau karya di Pura Dasar Buana Gelgel. Sehingga lewat nilai luhurnya itu, hingga kini Kabupaten Klungkung tetap mewarisi ini. Bahkan, Tari Baris Oncer Ganda sudah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda.

“Tari Baris, kami sangat terinspirasi dari Tari Baris Oncer Ganda, berkolaborasi dengan Rudat. Sehingga, ketika Peed Aya saat pembukaan PKB nanti, akan terlihat jelas perbedaan Klungkung dengan kabupaten/kota lain di Bali,” kata Suadnyana. (Bagiarta/balipost)

 

BAGIKAN