ngerebong
Warga Kesiman menggelar prosesi ngerebong.Tampak pasukan poleng Kesiman bersiap siap mengikuti prosesi dalam suasana hujan rintik-rintik. (BP/ara)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tari Poleng Kesiman adalah tarian sakral yang menjadi bagian penting dalam Upacara Ngerebong di Desa Kesiman, Denpasar.

Berikut tujuh fakta menarik tentang tarian ini, mengutip sejumlah sumber:

1. Asal Usul dari Desa Kesiman, Denpasar Timur

Tari Poleng Kesiman berasal dari Desa Kesiman, Denpasar Timur, Bali. Tarian ini merupakan bagian dari ritual keagamaan Hindu Bali yang dilaksanakan di Pura Agung Petilan.

2. Dipentaskan dalam Upacara Ngerebong

Baca juga:  Kasus Dugaan Korupsi PNPM di Karangasem, 8 Saksi Diperiksa

Tari ini khusus dipentaskan dalam Upacara Ngerebong, sebuah ritual sakral yang dilakukan setiap 210 hari sekali di Pura Agung Petilan, tepatnya pada hari Minggu, Redite Pon, wuku Medangsia.

3. Tarian Wali yang Bersifat Sakral

Tari Poleng Kesiman termasuk dalam kategori tari wali, yaitu tarian sakral yang hanya dipentaskan di area suci (pura) sebagai persembahan kepada Tuhan dan roh leluhur.

4. Menggunakan Properti Senjata Tradisional

Baca juga:  Wamendes PDTT Sambangi Desa Budaya Kertalangu

Para penari membawa properti berupa senjata tradisional seperti gada, tombak, parang, keris, dan perisai, yang melambangkan semangat keprajuritan dan perlindungan terhadap kekuatan negatif.

5. Penari dalam Kondisi Trance

Saat menari, para penari sering kali berada dalam kondisi trance atau kerauhan, dipercaya dirasuki oleh kekuatan supranatural. Namun, berbeda dari kondisi kerauhan lain yang cenderung histeris, penari Poleng justru bergerak tenang dan penuh kharisma.

6. Makna Filosofis Kain Poleng

Baca juga:  Maligia Punggel Puri Ageng Pemayun Kesiman, Prosesi Memukur Terganggu Kabel Utilitas

Nama “Poleng” merujuk pada kain kotak-kotak hitam-putih yang digunakan para penari. Warna tersebut melambangkan keseimbangan dualitas: baik dan buruk, terang dan gelap, hidup dan mati.

7. Melestarikan Warisan Kerajaan Kesiman

Tari ini dipercaya berasal dari masa Kerajaan Kesiman, di mana para penarinya adalah prajurit andalan raja. Hingga kini, tari ini menjadi simbol spiritual sekaligus historis dari kekuatan dan perlindungan leluhur. (Pande Paron/balipost)

BAGIKAN