Puluhan penjor milik STT dan banjar adat di Kesiman membuat suasana ngerebong, Minggu (17/3), tambah meriah dan semarak. (BP/sue)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kober atau bendera sesuhunan Pura Meregan sudah dibawa (dipundut) menuju Pura Petilan Kesiman sejak pukul 08.00 WITA, Minggu (17/3). Ini, sekaligus pertanda prosesi ngerebong sudah dimulai.

Kehadiran kober warna merah, putih dan hijau ini diikuti sesuhunan berupa pratima dan patapakan ida bhatara lainnya di wilayah Kesiman yang meliputi 34 banjar, dua desa dinas, dan satu kelurahan. Jika bendera ini sudah berada di Pura Agung Petilan, tradisi tabuh rah ngerebong bisa dimulai.

Baca juga:  Bali Lagi-lagi Tak Masuk! Aglomerasi Ini Uji Coba Buka Mal di PPKM Level 4

Minggu sore ini, masyarakat Kesiman melaksanakan prosesi ngerebong. Tradisi ini diawali dengan parade penjor. Tampak 34 penjor milik STT dan banjar adat di Kesiman membuat suasana ngerebong tambah meriah dan semarak.

Menurut Bendesa Desa Adat Kesiman, I Ketut Wisna didampingi Wakil Bendesa, Gede Anom Ranuara tradisi ngerebong harus dilaksanakan. Ini merupakan tradisi rutin yang digelar setiap enam bulan sekali tepatnya pada Redite Pon Medangsia.

Baca juga:  Dari Istri Ditelanjangi hingga Diseret Puluhan Meter hingga Babi Guling Candra Tetap Buka

Prosesi ini sempat dilakukan secara ngubeng di masa pandemi COVID-19. Saat itu, pemangku sempat mengalami kerauhan yang memberi pesan niskala tradisi ini tak boleh ditiadakan.

Karena secara niskala warga Kesiman melakukan pembersihan dan keharmonisan bhuana alit dan agung.

Anom Ranuara menjelaskan pangerebongan bertujuan untuk mengingatkan umat Hindu melalui media ritual sakral. Untuk memelihara keharmonisan hubungan antarmanusia dengan Tuhan. Kemudian antara manusia dengan sesama, serta manusia dengan alam lingkungannya. (Made Sueca/balipost)

Baca juga:  Bertemu dengan PM Malaysia, Presiden Jokowi Bahas Perlindungan WNI sampai Isu Sawit
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *