Petugas PLN melakukan pemeliharaan jaringan. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Daya mampu kelistrikan di Bali saat ini mencapai 1.388 mega watt (MW) dengan beban puncak tertinggi di tahun 2025 mencapai 1.189 MW. Dengan itu, cadangan kelistrikan di Bali saat ini masih 199 MW atau sekitar 14 persen.

Akademisi Politeknik Negeri Bali (PNB) yang juga praktisi bidang kelistrikan di Bali, Dr. I Wayan Jondra, Selasa (13/5) menegaskan Bali mandiri energi merupakan keinginan yang mendesak diwujudkan. Hanya saja tantangan berat telah menanti, sehingga banyak kajian diperlukan agar mendapatkan formula yang tepat.

Kalau Bali berpikir berdiri sendiri atau mandiri dalam energi, kata Jondra artinya harus membangun pembangkit. “Sangat sayang tanah di Bali yang sangat berharga jika hanya digunakan untuk membangun pembangkit. Sepertinya tanah di Bali ini akan lebih bernilai jika dibangun fasilitas pariwisata,” katanya.

Baca juga:  Tersangka Pembunuhan Agung Mirah Ditangkap, Ditembak Karena Melawan

Bali, lanjut Jondra bisa belajar dari Singapura yang untuk memenuhi kebutuhan energinya tidak 100 persen bangun sendiri, namun sebagian besar kebutuhan energinya diimpor dari Malaysia. “Mandiri energi sungguh suatu cita-cita yang luar biasa, namun sangat berat,” katanya.

Banyak tantangan yang harus dihadapi, terlebih jika mandiri energi dengan konsep energi baru terbarukan. Menurut Jondra, sampai detik ini hanya pembangkit listrik energi fosil yang masih dalam kategori ekonomis. Sedangkan pembangkit listrik tenaga surya termasuk dalam hal ini PLTS atap belum memiliki nilai jual yang sama dengan pembangkit konvensional.

Sementara pembangkit listrik dengan bahan LNG yang sedang direncanakan pemprov Bali dari keandalan cukup menjanjikan. Namun perlu dipikirkan beberapa aspek seperti LNG yang harus didatangkan dari luar Bali. Hal ini bisa menjadi kendala kemandirian, terutama apabila terjadi gangguan cuaca yang menghambat pengiriman.

Baca juga:  I Made Sudarma Dikukuhkan Jadi Guru Besar Tetap Unud

Selain itu LNG bukanlah energi baru terbarukan karena disediakan di perut bumi, dan akan habis. Apalagi jika pembangkit listrik LNG yang akan dibangun menghasilkan 900 MW.  “Jika pembangkit LNG dibangun sebesar itu, kelebihan energinya mau dibawa ke mana, jika mau dikirim ke Pulau Jawa maka harus dibangun Sutet 500 KV,” kata Jondra.

Jika komitmen Bali pada green energi, menurut Jondra Bali dapat membeli saja dari pembangkit di Jawa seperti dari PLT Panas Bumi dan PLTA, dengan sertifikat Renewable Energi Certificate. “Tetapi harga per KWH jadi mahal,” pungkasnya.

Baca juga:  Kasus COVID-19 Nasional Naik ke Dua Ratusan Orang

Data menunjukkan daya mampu kelistrikan di Bali saat ini mencapai 1.388 mega watt (MW) dengan beban puncak tertinggi di tahun 2025 mencapai 1.189 MW. Dengan itu cadangan kelistrikan di Bali saat ini masih 199 MW atau sekitar 14 persen.

Berdasarkan data dari zonaebt.com, keandalan listrik di Bali dipasok dari PLTU Celukan Bawang sebesar 380 MW, PLTG Pesanggaran 200,3 MW, PLTD Pesanggaran 299 MW, PLTG Gilimanuk 130 MW, PLTU Pemaron 97,6 MW, PLTMH Sabangan 2 MW, PLTS Kayubihi 1 WM dan PLTD Kutampi 10 MW. (Widiastuti/Nyoman Winata/balipost)

 

BAGIKAN