Anggota ST mengerjakan penjor pangerebongan sebelum dipasang pada kawasan yang telah ditentukan di Desa Adat Kesiman, Denpasar pada Sabtu (10/5). (BP/Wahyu Widya)

DENPASAR, BALIPOST.com – Penancapan penjor Desa Adat Kesiman menjadi salah satu ciri khas acara Pangrebongan, Desa Adat Kesiman.

Penjor besar dan megah akan menghiasi area pangrebongan, di Jalan WR Supratman, Denpasar.

Sebanyak 32 sekaa teruna yang ada di Desa Adat Kesiman bertugas dalam membuat  penjor.

Bendesa Adat Kesiman Jro Mangku Wisna, Sabtu (10/5) menegaskan bahwa penjor yang dibuat sekaa teruna tidak boleh ada bagian yang dibeli. Semua bagian atau komponen dibuat berdasarkan kreativitas sekaa teruna.

Baca juga:  Dilombakan, Ogoh-ogoh di Badung Wajib Dibuat dari Bahan Ini

“Secara konsep penjor yang dipasang tetap merupakan penjor yadnya namun lebih mengangkat unsur seni dan kreativitasnya. Harus dibuat sendiri, tidak boleh beli, dibuktikan dengan videonya,” ujar Wisna.

Menurutnya, dengan keterbatasan kondisi saat ini, mulai sedikitnya ketersediaan bahan penjor hingga tingginya harga-harga bahan penjor tidak menyurutkan keinginan atau semangat sekaa teruna untuk tetap berkarya.

“Karena khusus penjor Kesiman dari tahun ke tahun bertema seperti halnya ogoh-ogoh misalnya ajejuden, banyak ulatan ayam, atau yang baruna, ada ikan,” ujarnya.

Baca juga:  Pelaku Pencabutan Penjor di Desa Adat Taro Kelod Dilimpahkan ke Kejaksaan

Konsep itu yang membuat kreativitas penjor tak monoton sehingga membuat sekaa teruna semangat, meski ada standar penjor yang harus dipenuhi seperti ketinggiannya dan titik pemasangannya.

Tahun ini sekaa teruna mendapat bantuan untuk membuat penjor sebesar Rp5 juta, sementara rata-rata pembuatan penjor menghabiskan Rp10-Rp15 juta.

Ia berharap, desa adat dapat menguatkan jati diri desa adat masing -masing dengan kekayaan budaya yang dimiliki seperti penjor saat acara pangrebongan. “Awalnya dibuat penjor yadnya kemudian kami kembangkan dengan memberi ruang pada sekaa teruna agar bisa berkreasi,” imbuhnya.

Baca juga:  Tiga Wanita Diadili Kasus Dugaan Korupsi LPD Suwat

Ia menjelaskan dulunya pangerebongan merupakan acara jamuan para raja yang datang ke Kesiman usai pelaksanaan hari Raya Galungan sehingga tak heran pangerebongan menjadi momen “magalungan” bagi warga Kesiman.

“Zaman dulu seluruh raja datang ke sini, ada acara medanan-dana (berpunia), diawali dengan prosesi penancapan penjor,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN