Potret dr.Tjokorda Gede Agung. (BP/gik)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Kabar duka datang dari Puri Agung Klungkung, Sabtu (30/5). Tokoh puri setempat yang sempat menjabat sebagai Bupati Klungkung periode 1983-1993, menghembuskan napas terakhirnya, setelah mengalami stroke sejak tahun 2000.

Rencana palebonnya belum diputuskan keluarga besar Puri Agung Klungkung, karena masih menunggu hari baik. Selain itu, juga menunggu agar situasi pandemi COVID-19 segera berakhir, sehingga persiapan bisa segera digelar.

Ida Dalem Semaraputra menyampaikan duka mendalam terhadap berpulangnya sang kakak. Dia menyebut kakaknya itu pernah menjabat sebagai Bupati Klungkung ketiga di Bumi Serombotan ini.

Baca juga:  Tutupi Kehilangan Pajak PBB, Bapeda "Buru" WP Baru

Ia cukup dikenang masyarakat Klungkung atas kepemimpinannya kala itu. “Kami akan menunggu beberapa bulan ke depan, karena situasi masih dalam pandemi Covid-19. Kalau situasi sudah membaik, baru nanti direncanakan untuk pelaksanaan palebonnya,” kata Ida Dalem saat ditemui di Puri Agung Klungkung.

Ucapan bela sungkawa terus berdatangan dari para tokoh di Klungkung. Khususnya yang mengenal almarhum saat memimpin Klungkung.

Termasuk Bupati Klungkung Nyoman Suwirta, juga turut menyampaikan bela sungkawa atas kepergiannya. “Hari ini kita kehilangan putra terbaik Kabupaten Klungkung. Bapak dr.Tjokorda Gede Agung Bupati Klungkung periode 1983- 1993. Beliau sudah meletakan pondasi yang kuat untuk pembangunan Klungkung. Suksma dan selamat jalan Dwagung. Dumogi beliau mendapat tempat yang terbaik di sisi-Nya,” kata Suwirta.

Baca juga:  Per 5 Februari Penerbangan Tiongkok Ditutup Sementara, Karena Alasan Ini Bali Kesulitan Ambil Kebijakan

Masyarakat Klungkung sangat merasakan kehilangan dari sosok panutan ini. Dinding media sosial masyarakat Klungkung dipenuhi ucapan duka cita atas kepergiannya.

Karena saat yang bersangkutan menjabat, sekitar tahun 1992, Kota Klungkung berubah nama menjadi Semarapura yang cukup dikenal hingga sekarang, dengan segala perubahannya. Ia telah lama bertahan dengan sakit stroke yang dideritanya selama 20 tahun.

Dalam lima tahun terakhir, Ida Dalem menyampaikan kalau Tjokorda Gede Agung sudah tidak bisa berkomunikasi. Dia hanya terbaring lemah di atas tempat tidurnya. Ia mengenal Tjokorda Gede Agung sebagai sosok pemimpin tegas dan sangat sabar.

Baca juga:  Per 14 Juni, Bali Catatkan Belasan Kasus Baru Positif COVID-19

Dalam kenangannya, dia juga dikenal taat menjalankan ibadah puasa, sehingga dikenal sebagai sosok yang sabar dan paling jarang marah dengan bawahannya.

Sosok demikian juga dibenarkan I Wayan Sujana, Kepala Kesbangpolinmas Klungkung, yang dulu sempat menjadi ajudannya. Dia berharap, sosok panutannya itu, selalu dikenang atas jasa-jasanya membangun Klungkung, mendapatkan tempat yang terbaik disisi Tuhan Yang Maha Esa. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *