Petani memanen padi di Badung. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sektor pertanian, meskipun secara kontinu berproduksi untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, tetap saja terdampak pandemi COVID-19. Ada 90 ribu KK buruh tani dan petani penggarap yang terkena dampak.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I.B. Wisnuardhana, Jumat (17/4), mengatakan, data itu sudah diserahkan ke Dinas Sosial untuk dipertimbangkan memperoleh bantuan pangan non tunai atau bantuan lainnya dari program Pemerintah.

Baca juga:  Pascapandemi COVID-19, Pertanian Dikhawatirkan Kembali Ditinggalkan

“Data sudah diserahkan ke Dinas Sosial by name, by address beberapa hari lalu. Sekarang sedang dilihat apakah petani penggarap dan buruh tani ini masuk dalam datanya Dinsos yang memang berhak memperoleh bantuan pangan non tunai, supaya tidak duplikasi,” jelasnya.

Menurutnya, sejauh ini tidak ada masalah signifikan terkait ketersediaan pangan dari hasil pertanian khususnya 10 pangan strategis. Ketersediaan 10 pangan strategis itu memang tercukupi, kecuali bawang merah dan bawang putih.

Baca juga:  Beragam Program Digelontor, Pertanian Belum Dilirik Generasi Muda

Namun, ia memprediksi sampai akhir tahun akan ada kekurangan pasokan. “Kita sudah koordinasi dengan Bulog, distributor, dan Kementerian Pertanian, supaya ditambah stoknya melalui distributornya yang ada di Bali,” tegasnya.

Dari sekian banyak program Kementan, yang diminta untuk segera dilaksanakan adalah kegiatan-kegiatan dalam menyediakan ketersediaan pangan keluarga dari Badan Ketahanan Pangan. “Program bersama dengan Kementerian PUPR, program lumbung pangan, pengembangan kawasan rumah pangan lestari. Itu yang diprioritaskan,” bebernya. (Citta Maya/balipost)

Baca juga:  Bupati Tamba Bantu Warga Korban Puting Beliung di Samblong
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *