Wisatawan berjalan-jalan di Kota Denpasar. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali disebut sudah overtourism karena jumlah wisatawannya melebihi daya dukung pulau ini. Akibatnya banyak persoalan yang melanda Bali dan mengurangi ketertarikan wisatawan berkunjung kembali.

Pengamat pariwisata, Bagus Sudibya, Selasa (10/3), mengatakan, daya tampung Bali harus dihitung dengan benar. Ada beberapa komponen penting yang perlu dipertimbangkan seperti jumlah penduduk yang saat ini mencapai 4,3 juta orang dan luas wilayah Pulau Bali sebesar 5.780,06 kilometer persegi.

Luas wilayah Bali itu idealnya terdiri dari 70 persen lahan terbuka hijau baik sawah, ladang, kebun dan hutan. Hanya 30 persen yang boleh dikelola untuk kehidupan masyarakat atau industri nonpertanian termasuk pariwisata. Lahan terbuka hijau ini penting untuk menjaga ketersediaan air.

Baca juga:  Tambahannya di Atas 100 Orang, Kabupaten Ini Terbanyak Sumbang Pasien COVID-19 Sembuh

Untuk menghitung carrying capacity di Bali, didapatkan dengan menghitung kebutuhan penduduk Bali, seperti sumber daya baik air, infrastruktur, jalan, angkutan dan lainnya. Kemudian dihitung ketersediaan sumber daya itu.

Dari kalkulasi dua poin itu, ditemukan kapasitas untuk menerima wisatawan secara ideal. Untuk wisatawan yang dibidik, juga perlu dihitung karakteristik lama tinggal wisatawan. Setelah tahu karakteristik tersebut, baru kemudian menentukan wisatawan asal negara apa yang diundang datang ke Bali.

Baca juga:  Dongkrak Kunjungan Wisman ASPPI Gelar Indonesia Travel Mart

Meski perhitungan daya dukung tersebut penting dilakukan, perlu juga diukur pengelolaan wisatawannya. Misalnya, Singapura yang luasnya lebih kecil dari Bali mampu menangani wisatawan lebih dari 10 juta orang. Hal itu menurut Bagus Sudibya, karena Singapura bisa menghitung kapasitas jalan, traffic, air, infrastruktur, angkutan publik, hingga kamar hotelnya.

Apalagi di Singapura ketinggian gedung bisa lebih dari 15 meter. Sedangkan di Bali pembangunan ke atas dibatasi sehingga mengambil lahan secara horizontal untuk mendukung kebutuhan wisatawan. “Data itu dikumpulkan untuk diformulasikan. Misalnya target kunjungan wisatawan 10 juta, dengan lama tinggal 1 minggu, maka diperlukan kamar 70 juta per room night dalam setahun. Maka kamar di Bali seharusnya tidak boleh lebih dari 100.000 kamar,” jelasnya.

Baca juga:  DLH Himbau Masyarakat Kelola Sampah Rumah Tangga

Jika kalkulasi ini bisa dihasilkan, akan tercapai tingkat hunian hotel rata-rata mencapai 80 persen dan sesuatu yang ideal. “Karyawan senang, tamu senang hotelnya tidak overbooking, dan owner senang,” bebernya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN