
MANGUPURA, BALIPOST.com – Pengelola Objek Wisata Sangeh Monkey Forest menjamin keamanan dan kenyamanan wisatawan. Sebagai destinasi wisata alam yang menawarkan kesejukan hutan pala sekaligus interaksi langsung dengan satwa monyet, pengelola menyiapkan perlindungan asuransi untuk mengantisipasi berbagai risiko yang mungkin terjadi.
Interaksi antara wisatawan dan satwa liar menjadi daya tarik utama Sangeh Monkey Forest. Namun di sisi lain, potensi insiden seperti cakaran atau gigitan monyet tidak dapat dihindari sepenuhnya. Menyadari hal tersebut, pengelola menyiapkan perlindungan asuransi sebagai bentuk tanggung jawab terhadap keselamatan pengunjung.
“Asuransi dari objek wisata Sangeh itu ada. Cakupannya ada yang untuk luka permanen, atau misalnya, mudah-mudahan tidak sampai terjadi, jika tamu sampai meninggal dunia,” ucap Ketua Pengelola Objek Wisata Sangeh, Ida Bagus Gede Pujawan.
Menurutnya, karakter Sangeh Monkey Forest sebagai objek wisata berbasis satwa membuat potensi kejadian akibat interaksi dengan monyet menjadi hal yang perlu diantisipasi sejak awal. Oleh karena itu, pengelola menyiapkan asuransi sebagai langkah perlindungan lanjutan bagi wisatawan.
“Karena objek wisata Sangeh ini kan objek wisata yang berbasis satwa, sudah barang tentu kejadian kejadian yang terjadi akibat satwa itu adalah cakaran dan gigitan. Sehingga untuk asuransi, kami di Sangeh Monkey Forest memang menyediakan,” ujarnya, belum lama ini.
Selain perlindungan asuransi, pengelola juga menyiapkan mekanisme penanganan medis yang terkoordinasi. Sangeh Monkey Forest bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Badung untuk memastikan wisatawan mendapatkan penanganan cepat dan tepat apabila terjadi insiden.
“Kami bekerjasama dengan Dinas kesehatan kabupaten Badung, dimana Puskesmas Abiansemal dijadikan sebagai rabies center. Pada saat ada kejadian, kita direct langsung membawa tamu langsung ke Puskesmas Abiansemal untuk mendapatkan penanganan medis lanjutan,” terangnya.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya pengelola dalam menciptakan pariwisata yang aman, bertanggung jawab, dan berkelanjutan. Dengan sistem perlindungan asuransi serta dukungan fasilitas kesehatan yang jelas, Sangeh Monkey Forest berharap wisatawan dapat menikmati pengalaman wisata alam dengan rasa aman dan nyaman.
Di sisi lain Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kabupaten Badung telah melaksanakan vaksinasi rabies terhadap puluhan ribu Hewan Penular Rabies (HPR). Hingga akhir tahun, capaian vaksinasi hingga Desember tercatat mencapai 80.744 ekor dari estimasi populasi HPR sekitar 95 ribu ekor atau setara 84,58 persen. Angka ini melampaui target minimal nasional sebesar 70 persen.
Kepala Disperpa Badung, I Wayan Wijana, menegaskan bahwa vaksinasi rabies harus dilakukan secara rutin setiap tahun. Hal tersebut lantaran hingga kini belum tersedia vaksin rabies yang bersifat permanen untuk hewan.
“Sampai saat ini hasil vaksinasi rabies sdh mencapai 80.744 ekor dsri estimasi jumlah HPR 95 ribu ekor,” ujarnya.
Ia menjelaskan, program vaksinasi rabies tidak berhenti pada 2025. Pada 2026 mendatang, Disperpa Badung kembali menargetkan capaian minimal 70 persen dari total populasi HPR. “Untuk 2026 targetnya masih sama dengan tahun ini minimal 70 persen,” katanya.
Selain vaksinasi, Pemkab Badung juga menjalankan strategi pengendalian populasi anjing melalui program sterilisasi. Wijana menyebut, sterilisasi menjadi langkah penting untuk menekan pertumbuhan populasi anjing, terutama di desa-desa dengan kepadatan tinggi serta kawasan yang banyak terdapat anjing liar.
“Sampai saat ini cukupan vaksinasi rabies di Badung rata-rata memang sudah mencapai di atas 80 persen. Standar nasional itu kan 70 persen, jadi kita setiap tahun sudah di atas 80 persen, bahkan 90 persen,” terangnya. (Parwata/balipost)










