GIANYAR, BALIPOST.com –  Nyoman Dana Saputra hanya bisa berkaca-kaca melihat kandang babinya yang kini kosong di Banjar Abasan, Desa Singapadu Tengah, Kecamatan Sukawati Kamis (5/3). Pria bertubuh kekar ini mengaku masih trauma dengan wabah babi ini.

Apalagi pasca 40 ekor babinya mati, kini pria 52 tahun ini kembali menjadi buruh serabutan. Di areal pekarangan rumahnya di Banjar Abasan, Dana menunjukan sejumlah gundukan tanah bekas penguburan ternak babinya selama ini ia pelihara.

Baca juga:  Kasus Babi Mati di Tabanan Bertambah, Seratusan Ekor di Marga

Ia pun mengaku masih terpukul setiap melihat kuburan hewan ternaknya. “Setiap ke sini saya trauma sekali, karena sebelum wabah ini kandang ini selalu ramai dengan suara babi, namun sekarang malah kosong begini,” katanya.

Dana menuturkan mulai beternak babi sejak tujuh tahun lalu, kala itu ia hanya memiliki dua ekor ternak babi. Namun waktu itu ia berkomitmen untuk serius beternak babi. “Selama itu saya hanya beternak babi, sampai akhirnya dari dua ekor babi saya menjadi 30 hingga 40 ekor,” katanya.

Baca juga:  Penuhi Syarat Pengiriman ke Luar, Puluhan Ribu Babi di Bangli Disasar Vaksinasi

Terkahir Dana memiliki 40 ekor peliharaan babi. Namun sejak akhir Desember 2019 wabah mulai menyerang, dan membuat ternak kesayangannya ini mati satu persatu.

Sampai pada awal Februari, seluruh hewan ternaknya habis. “Semua mati dengan gejala mulai dari tidak mau makan, keluar bintik merah, ada juga yang kulitnya berwarna biru, sampai kuku keluar darah, lalu kejang-kejang dan mati,” ungkapnya.

Selama masa pengosongan kandang ini, Dana mengaku tidak memiliki pekerjaan tetap. Ia pun kini beralih profesi, kembali menjadi buruh bangunan. “Maunya nanti jadi buruh bangunan, atau kembali bertani, itu pun saya menggarap sawah orang lain,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)

Baca juga:  Ratusan Babi Mati di Tabanan, Hasil Lab Tak Kunjung Keluar
BAGIKAN