Prosesi jelang Pujawali di Pura Rambut Siwi, mecaru dan Ngaturang pamehayu segara di Pura Tirtra Lan Segara Dangkahyangan Rambut Siwi. (BP/Istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Pujawali Pura Dangkahyangan Rambut Siwi, dimulai Rabu (23/10) hari ini hingga Minggu (27/10) penyineban. Persiapan pujawali telah disiapkan pengempon Pura Rambut Siwi sejak Minggu (20/10).

Seperti Pujawali sebelumnya, diperkirakan ribuan pemedek dari berbagai daerah di Bali dan luar Bali akan menghaturkan bhatik Pujawali di Pura terbesar di Kabupaten Jembrana ini. Pelaksana Harian Ketua Pengempon Pura Rambut Siwi, I Gusti Made Sedana, Selasa (22/10) mengatakan prosesi jelang Pujawali dimulai sejak Minggu lalu diawali dengan mecaru dan ngaturang pamehayu segara (Pakelem) serta Mendak Tirtha di Pantai Rambut Siwi.

Baca juga:  Pujawali di Pura Dasar Bhuana Gelgel "Masineb"

Hingga pada Selasa, digelar ngebeji di Pura Taman Dangkahyangan Rambut Siwi. “Rabu pancawara Umanis wuku Perangbakat, pemedek sudah bisa melaksanakan persembahyangan,”  ujarnya.

Guna menghindari sampah plastik di areal Pura, para pemedek diimbau agar tidak membawa plastik saat ke Pura. Bagi pemedek yang ngelungsur wasupada atau tirta saat pujawali di masing-masing parahyangan, diminta untuk membawa tempat sendiri. Berupa toples, tangku maupun payuk.

Baca juga:  52 Tapakan Ratu Gde Ikuti Prosesi Katuran di Pura Natar Sari Apuan

Di areal Pura Dangkahyangan Luhur Rambut Siwi yang lokasinya berada di tebing bukit terdapat sembilan Parahyangan. Persembahyangan diawali dari Pura Pesanggrahan yang terletak di sebelah Selatan pinggir jalan raya Denpasar-Gilimanuk wilayah Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, selanjutnya di Pura Taman, kemudian di Pura Penataran, Pura Goa Dasar, Pura Tirtha lan Segara, Pura Pasimpangan Melanting, Pura Pasimpangan Gading Wani, Pura Pasimpangan Dalem Ped dan terakhir di Pura Luhur.

Baca juga:  Pura Kawitan Mahagotra Catur Sanak Pasek Kayuan Gelar Pujawali

“Pura Dangkahyangan Rambutsiwi adalah salah satu Pura Kahyangan Jagad di Bali, sehingga umat yang melakukan persembahyangan bukan saja umat yang ada di Bali melainkan seluruh umat Hindu yang ada,” jelas I Gusti Made Sedana. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *