Siswa melakukan corat coret seragam saat pengumuman kelulusan pada 2018. (BP/dok)

Oleh I Kadek Darsika Aryanta, S.Pd., M.Pd.

Kasus perundungan yang terjadi sekarang ini sungguh sangat menyedihkan, karena perundungan ini dilakukan oleh remaja yang dalam usia remaja salah satu kota di Pontianak. Kasus ini menjadi lebih memilukan tatkala para pelaku dan korban masih anak-anak di bawah umur. Untuk itu, penanganannya harus bijaksana dan berjalan di koridor undang-undang yang sesuai.

Kasus ini tentu harus menjadi evaluasi kita bersama, dan mencirikan bahwa penanaman nilai-nilai karakter di usia remaja masih perlu dievaluasi dan sudah mulai mengarah pada disrupsi yang sangat memperihatinkan. Tanggung jawab penanganan pendidikan karakter pada remaja terletak pada tri pusat pendidikan, yaitu sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Kasus perundungan ini tentu saja sudah mengalami fase hukum, dimana kasus ini sangat meresahkan kita semua. Remaja yang mengalami perundungan perlu diberikan perhatian lebih karena memiliki trauma yang cukup mendalam. Sehingga pada saat di sekolah nanti siswa yang membikin rumah dari efek perundungan ini harus terus diawasi dan juga terus diberikan perhatian oleh seluruh warga sekolah.

Kasus perundungan yang melibatkan remaja usia sekolah ini menjadikan suatu cerminan bagi kita bersama untuk bersama-sama mendidik siswa menjadi lebih beradab, yang masih punya malu dan tentunya bisa menghargai sesama. Untuk menangani hal tersebut, seperti kasus perundungan juga kasus yang dialami oleh Audrey.

Selain orangtua pihak sekolah diharapkan memiliki program yang baik untuk membangun karakter siswa, seperti dengan salam pagi menyapa siswa dengan teman-teman yang lain yang baru datang ke sekolah. Pendidikan karakter paling utama adalah di keluarga. Orangtua perlu untuk mengawasi anaknya sehingga tidak memiliki perilaku yang menyimpang dari biasanya.

Contoh Kasus Audrey yang ada di Pontianak misalnya, kasus ini tentu saja sangat memilukan kita semua, dimana dengan gampangnya siswa tersebut melakukan perundungan kepada anak kecil secara bersama-sama. Untuk itulah yang akan menjadi PR kita bersama, bagaimana keluarga mampu membendung perundungan ini dengan menggunakan pendidikan karakter keluarga.

Baca juga:  UNBK SMK Dihari Pertama, 10 Siswa Tidak Hadir, Enam Diantaranya Menikah

Berbicara mengenai pendidikan karakter keluarga, tidak lepas dari bagaimana orangtua dan anggotanya bisa menginternalisasi nilai-nilai karakter, baik yang ada di dalam kehidupan sehari-hari kepada anak kita. Penanaman pendidikan karakter keluarga merupakan benteng pertama yang mampu membendung sikap-sikap yang yang buruk bagi anak.

Oleh karena itu, dalam pendidikan karakter di keluarga diharapkan sinergi orangtua dan juga saudara-saudara, dan kerabat terdekat itu sangatlah penting dalam mendidik anak kita. Tidak dapat dipungkiri bahwa orangtua sebagai garda terdepan dalam membentuk karakter para remaja harus lebih berkonsentrasi untuk memberikan contoh yang baik kepada anaknya.

Anak adalah peniru ulung. Di masa-masa awal kehidupannya, anak cenderung menirukan apa saja yang dilakukan oleh lingkungan terdekatnya. Karena alasan itulah orangtua harus selalu memberikan contoh yang baik. Dibandingkan menyuruh atau mendikte anak agar melakukan sesuatu, pemberian contoh langsung yang dilakukan orangtua akan lebih efektif dalam menanamkan pendidikan karakter.

Dalam menerapkan sikap santun misalnya, orangtua bisa mencontohkannya saat berinteraksi dengan sesama anggota keluarga atau dengan lingkungan masyarakat terdekat, seperti tetangga. Jika anak memperhatikan perilaku santun orangtuanya, mereka pun akan melakukan hal yang sama saat berinteraksi dengan orang lain atau temannya.

Selain itu, juga pelibatan anak untuk mengambil keputusan dalam keluarga juga harus diperhatikan. Karena selain sebagai bentuk pendewasaan anak, hal ini dapat dijadikan sebagai suatu pendidikan untuk menanamkan kepercayaan kepada anak sehingga bisa lebih bertanggung jawab.

Orangtua sebagai aktor kunci pendidikan karakter di rumah harus mampu mendidik anggota keluarga dengan baik. Tidak jarang orangtua terkesan melepas ataupun jarang memberikan waktu luang kepada anak untuk berdiskusi di rumah dengan dalil orangtua yang terlalu sibuk.

Oleh karena itu, kita sebagai orangtua seharusnya diharapkan bisa membangun komunikasi yang baik dengan anak didik kita sehingga anaknya bisa menjadi lebih merasa diperhatikan dan juga orangtua mampu mendeteksi secara dini permasalahan-permasalahan yang terjadi pada anak untuk menanamkan karakter yang baik.

Baca juga:  Segera Dilimpahkan, Kasus Dugaan Persetubuhan Anak oleh Ayah Kandungnya

Selain orangtua, peran pendidikan karakter juga dimainkan oleh guru di sekolah. Dasar hukum pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah adalah Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan Formal. Hampir sepertiga dari waktu para remaja ini berada di sekolah.

Oleh karena itu, penanaman Pendidikan karakter yang ada di sekolah sangat berperan penting bagaimana pergaulan siswa tetap dijaga untuk membangun karakter. Sekolah dan juga guru diharapkan memiliki program untuk peningkatan karakter siswa karakter-karakter baik ini bisa dilaksanakan untuk memancing siswa menjadi lebih baik lagi, jangan sampai nanti siswa tersebut malah membentuk suatu geng atau membentuk hal yang tidak baik di sekolah.

Pihak sekolah diharapkan memiliki program yang baik untuk membangun karakter yang siswa seperti membangun karakternya dengan salam pagi, selanjutnya menyapa siswa dengan teman-teman yang lain, selanjutnya juga bersembahyang secara bersama-sama, sopan santun dalam bergaul sehingga tidak terjadi suatu hal yang negatif. Peran guru di sekolah sangatlah penting untuk membentuk karakter siswa menjadi lebih baik lagi sehingga tidak terjadi perundungan lagi oleh anak remaja kita.

Sampai saat ini, tidak jarang terjadi adanya miskomunikasi antara guru di sekolah dengan orangtua dalam membentuk karakter siswa. Orangtua sering menyalahkan guru dalam pembentukan karakter, guru juga kadang mengembalikan peserta didik kepada orangtua untuk memperbaiki karakter anaknya. Sinergi yang baik antara guru dan orangtua sangat diperlukan di sini untuk membangun karakter siswa, sehingga bullying yang terjadi di masyarakat sekarang ini bisa ditekan.

Pendidikan karakter yang dapat dilakukan untuk membendung perundungan ini adalah dengan cara melakukan aktivitas yang menyenangkan bagi siswa dan juga memancing kerja sama yang baik antarsiswa. Pendidikan penguatan, Pendidikan karakter yang sudah dicanangkan oleh pemerintah sekarang ini juga harus terus didukung karena dengan adanya karakter yang kuat maka generasi Indonesia akan menjadi lebih bagus.

Baca juga:  Putri Candrawati Dituntut Delapan Tahun

Sesuai dengan cuitan Presiden Jokowi dalam akun instagram-nya, bahwa kita sedang menghadapi masalah perubahan pola interaksi sosial antarmasyarakat melalui media sosial. Kita sedang dalam masa transisi pola interaksi sosial itu, hendaknya lebih berhati-hati menggunakan media sosial. Perundungan tidak hanya terjadi di dunia nyata, namun juga terjadi di dunia maya.

Beberapa hal yang dapat dikategorikan perundungan seperti yang dilansir pustekkom dalam akun resmi instagramnya adalah memperolok teman di media sosial, perang kata di dunia maya, menyebarkan berita bohong, dan memperdaya orang untuk melakukan sesuatu. Regulasi perundungan di dunia maya juga dirasa perlu dilakukan sehingga disrupsi pendidikan karakter tidak terus terjadi di Indonesia.

Usulan revisi terhadap regulasi yang berkaitan dengan anak-anak, budaya, etika, norma-norma, nilai agama, semua tidak memperbolehkan adanya perundungan, apalagi penganiayaan fisik. Pendidikan karakter ini akan dapat dijadikan dasar ke depannya nanti untuk kita bergaul di masyarakat, sehingga peran orangtua dan guru kita harapkan lebih menyatu lagi dalam membangun dan juga dalam mendidik anak-anaknya secara beriringan.

Praktik-praktik baik yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam membangun pendidikan karakter adalah dengan cara menumbuhkan kemandirian siswa untuk belajar. Selain itu, juga membiasakan siswa saling menghormati dan menghargai antarsesama. Ketiga adalah memberikan kegiatan kepada siswa yang bersifat positif dan ceria, sehingga siswa menjadi lebih bisa untuk berkolaborasi dengan yang lain.

Pendidikan karakter yang ini harus terus dijaga. Kita benar-benar berharap agar orangtua, guru, dan masyarakat turut bersama-sama merespons setiap perubahan-perubahan yang ada, mengawasi betul anak-anak kita, serta meluruskan hal-hal yang tidak benar. Semoga.

Penulis, guru Fisika di SMAN Bali Mandara

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *