Debit bendungan telaga tunjung surut akibat kemarau panjang. (BP/bit) 

TABANAN, BALIPOST.com – Debit air Bendungan Telaga Tunjung yang berlokasi di desa Timpag, kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan belakangan ini surut, sehingga tidak begitu maksimal bisa menyalurkan pasokan air ke sejumlah persawahan yang ada di Tabanan khususnya di wilayah kecamatan Selemadeg raya. Hal ini disebabkan fenomena musim kemarau yang tengah melanda.

Dari pantauan, nampak bagian dasar bendungan Telaga Tunjung dibagian Selatan mulai terlihat. Ini terlihat dari garis bekas air ketika air naik masih nampak terlihat. Bahkan surutnya terlihat sekitar satu meter. Kondisi ini sudah terjadi sejak beberapa hari. Bambang salah satu penjaga bendungan ketika di konfirmasi mengakui, jima debit air bendungan Telaga Tunjung surut sejak beberapa hari belakangan ini. Selain faktor alam akibat belum turun hujan, pasokan air dari dua sungai juga menurun yang membuat debit air bendungan juga turun. “Saat ini turunnya sudah sampai satu meter dari debit normal,” ungkap Bambang, Minggu (14/10).

Baca juga:  Pemerintah Sudah Keluarkan Regulasi, Semua Pihak Perlu Partisipasi

Namun demikian, seperti pengalaman sebelumnya jika terjadi hujan di hulu, maka dalam waktu singkat debit air bendungan kembali ke titik normal. “Kalau hujan sekali saja dihulu, debit air menjadi normal kembali,” sebutnya.

Sementara itu dihubungi terpisah, kepala Dinas Pertanian kabupaten Tabanan I Nyoman Budana mengatakan, musim kemarau memang cukup panjang terjadi wilayah Tabanan. Akibatnya, debit air turun yang berakibat pada kurangnya pasokan air untuk mengairi sawah yang ada. “Sebagian  areal sawah terutama di daerah hilir memang sudah tidak mendapat pasokan air,” ungkapnya.

Baca juga:  4 Provinsi Miliki Kualitas Air Laut Tertinggi

Kondisi terparah kata Budana terjadi di wilayah Selemadeg Raya meliputi Selemadeg Timur, Selemadeg dan Selemadeg barat. Kondisi keterbatasan air irigasi juga dialami persawahan di kerambitan.  Apalagi di lokasi ini banyak sawah tandah hujan yang pengairannya tergantung pada musim hujan. “Kekeringan  paling terasa di wilayah Selemadeg Raya, detailnya  saya tidak hafal, datanya di kantor,” ungkap Budana.

Dengan kondisi saat ini, pihaknya mengharapkan agar petani sementara mulai beralih menanam tanaman palawija atau hortikultura seperti jagung, kedelai, cabai atau tanaman  sejenis lainnya yang tidak terlalu banyak memerlukan air. “Kami sudah menyarankan agar petani  beralih menanam palawija atau tanama  hortikultura lainnya,” sebutnya.

Baca juga:  Perluas Hubungan Kerja Sama, Rumania Lantik Konsul Kehormatan untuk Bali

Diakui, kondisi seperti ini sudah rutin terjadi setiap tahun. Masyarakat khususnya para petani sudah mengetahui hal tersebut dan sudah biasa menghadapi musim kemarau dan sawah kekurangan air  bahkan kering. (puspawati/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *