Perajin sedang mengerjakan produk kerajinan payung (tedung). (BP/dok)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Perajin tedung di Desa Paksebali, Kecamatan Dawan kini mulai kebanjiran order, jelang datangnya hari raya Galungan. Permintaan kerajinan tedung termasuk perlengkapan upacara sejenis lainnya, melonjak hingga seratus persen.

Pesanan tak hanya datang dari pasar lokal namun juga pasar luar Bali. Salah seorang perajin tedung di desa setempat, A.A.Gede Oka mengungkapkan jelang hari raya Galungan akhir Mei mendatang, dirinya sudah mulai kebanjiran orderan tedung sejak awal bulan ini.

Tak hanya tedung, perlengkapan upacara sejenis lainnya seperti banrangan, katik nawasanga, ider-ider dan kain prada buatannya juga cukup banyak permintaan. “Biasanya sebulan jelang hari raya pesanan sudah masuk,” ungkapnya saat ditemui Selasa (8/10).

Baca juga:  Jelang Galungan, Harga Daging Babi di Pasar Tradisional Masih Stabil

Dijelaskannya orderan yang datang kepadanya selama ini cukup banyak dari luar Bali seperti Lombok, Sulawesi dan Lampung, yang merupakan kantong transmigran asal Bali. Produk kerajinan tedung buatannya termasuk perlengkapan upacara lainnya dijualnya secara grosiran.

Meski banyak orderan, Agung Oka mengaku sejauh ini tidak melakukan penambahan tenaga kerja. Dirinya hanya memaksimalkan 25 orang tenaga kerja yang dimilikinya dengan menggenjot produksinya. “Kalau hari biasa mengerjakan tedung 1 kodi (20 buah) per hari, kita genjot jadi 2 kodi. Upahnya dihitung per biji,” ujarnya.

Baca juga:  Penyeberangan hingga Melaut di Perairan Kusamba Dihentikan Sehari

Untuk memenuhi permintaan pasar terhadap tedung, dan lainnya, pria dari Puri Satria Kawan ini mengaku tidak menemui adanya kendala yang berarti. Hanya bahan baku berupa rangka bamboo dan kayu untuk pembuatan tedung agak sulit didapat. Selama ini bahan tersebut didatangkannya dari wilayah Karangasem.

Sementara itu disinggung mengenai harga jual produk kerajinan buatannya, Agung Oka menyebutkan beragam. Satu buah tedung dijualnya dengan harga termurah Rp 30 ribu dan paling mahal Rp 1 juta.

Baca juga:  Sudah Turun, Tambahan Kasus COVID-19 Bali di Empat Puluhan Orang

Sementara Banrangan diual Rp 150 ribu-350 ribu per buah. Untuk katik nawasanga dijual paling murah Rp 25 ribu dan paling mahal Rp 150 ribu per buah.

Sedangkan kain prada dijual paling murah Rp 12 ribu dan paling mahal Rp 150 ribu. Meski orderan meningkat, dia mengaku tidak mengangkat harga, kecuali jika harga bahan baku meningkat. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *