Pekerja menjemur gabah di salah satu tempat penggilingan gabah. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kenaikan harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sejak Mei 2017, tidak sejalan dengan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali. Sebab NTP Bali pada Januari 2018 turun 0,43 persen dari 103,93 pada Desember 2017 menjadi 103,48.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho mengatakan sebetulnya indeks harga yang diterima petani tercatat mengalami kenaikan 0,39 persen. Tapi ternyata indeks yang dibayar petani lebih besar daripada indeks yang diterima petani yaitu 0,82 persen.

Baca juga:  Tangguh di Tengah Hantaman Pandemi, BRI Incar Pertumbuhan Berkelanjutan

Indeks harga yang diterima petani dari hasil pertaniannya mencapai 131,14, naik 0,39 persen dibandingkan Desember 2017 yang besarnya 130,64. Sedangkan indeks yang dibayar petani di Januari 2018 tercatat mengalami kenaikan lebih tinggi dari indeks yang diterima petani yaitu sebesar 0,82 persen dari 125,70 di bulan Desember 2017 menjadi 126,73.

Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga barang-barang hasil produksi pertanian yang lebih kecil daripada kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar oleh petani. Ini diduga karena naiknya biaya-biaya produksi petani seperti pupuk, bibit, dan jasa. “Bisa jadi begitu. Karena indeks yang dibayar petani terdiri atas biaya produksi pertanian dan konsumsi rumah tangga petani,” ungkapnya.

Baca juga:  Inflasi Perdesaan Bali Tertinggi di Indonesia

Kenaikan harga gabah membuat harga beras naik. Terbukti dari tingkat inflasi Denpasar 0,94 persen dari IHK 127,17 pada Desember 2017 menjadi 128,37 pada Januari 2018.

Begitu juga di Singaraja mengalami inflasi 0,86 persen dari IHK 139,66 persen pada Desember 2017 menjadi 140,86 pada Januari 2018. Kenaikan inflasi disebabkan oleh naiknya semua kelompok pengeluaran.

Tertinggi disumbang oleh kelompok bahan makanan sebesar 3,06 persen. Andilnya dalam menyumbang inflasi juga tertinggi yaitu 0,5 sehingga membentuk inflasi 0,94 di Kota Denpasar.

Baca juga:  Berdayakan Petani lewat Beragam Subsidi

Sedangkan di Singaraja, penyumbang inflasi tertinggi juga dari kelompok bahan makanan dengan laju inflasi 2,87 persen. Sementara andilnya dalam pembentukan inflasi di Singaraja adalah 0,78 persen.

Penyumbang inflasi kedua wilayah itu adalah bahan makanan. Di dalamnya termasuk komponen beras. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *