IHSG
Ilustrasi. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tahun 2017, IHSG Indonesia ditutup dengan nilai 6.355. Sementara awal tahun 2018 tepatnya pada 23 Januari 2018, IHSG Indonesia tercatat lebih tinggi yaitu 6.635. Meski IHSG tahun 2017 terus menguat, namun investor asing lebih banyak melakukan aksi jual (net sell) daripada aksi beli (net buy).

Kepala IDX Denpasar, Agus Andiyasa menilai, hal itu terjadi karena investor asing ingin merealisasikan keuntungannya. Meski aksi jual banyak dilakukan, namun investor asing masih melakukan aksi beli (net buy).

“Jadi tahun-tahun sebelumnya sudah menginvestasikan harga saham yang sudah naik. Salah satu penyebab asing menjual tapi IHSG terus naik, karena asing hanya ingin merealisasikan keuntunggannya, bukan  jual lalu kabur ke negara lain,” imbuhnya.

Baca juga:  Inmendagri No. 20 Tahun 2022 Atur Perpanjangan PPKM di Bali Selama 2 Minggu, Jam Buka Mal Ditambah

Dengan adanya aksi jual yang lebih banyak, ia menampik pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang tidak bagus. Karena berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia tumbuh 5,05 persen. “Ekonomi kita lagi tumbuh. Tidak ada yang perlu ditakutkan, investor asing tidak melihat adanya ancaman di ekonomi Indonesia. Kalau memang ada ancaman, IHSG itu pasti rontok. Kemarin IHSG lagi tumbuh-tumbuhnya, memecahkan rekor tahun ini,” tandasnya.

Sebelum tahun 2017, ketika investor asing melakukan aksi jual, investor domestik turut menjual sahamnya. Begitu juga sebaliknya ketika investor asing melakukan aksi beli, investor domestik turut membeli.

Namun sejak tahun 2017 terjadi anomali. Ketika investor asing keluar, investor domestik tidak terpengaruh. Kondisi ini menunjukkan seperti pasar modal di negara maju yang sudah kuat. Di mana saat investor asing keluar, investor domestik tidak ikut keluar atau menjual sahamnya.

Baca juga:  Mobil Tabrak PJK, Satu Tewas

Aksi jual yang lebih banyak dilakukan tahun 2017 juga tidak membuat IHSG merosot. Ia menilai karena saat ini pertumbuhan investor domestik cukup kuat. Bahkan presentasenya 50:50 dengan investor asing. Data per 29 Desember 2017 tercatat kepemilikan saham domestik 48,67 persen dan asing 51,33 persen. Presentase ini meningkat dari tahun 2016 yang hanya 45,51 persen kepemilikan saham dimiliki domestik.

Sementara dari sisi aktivitas perdagangan, justru investor domestik lebih banyak melakukan transaksi yaitu 63,37 persen sedangkan investor asing 36,63 persen. Dibandingkan tahun 2016, transaksi perdagagan yang dilakukan investor domestik naik sedikit yaitu 63,23 persen tahun 2016 menjadi 63,37 persen tahun 2017.

Baca juga:  BRI Raih Penghargaan Digital Banking Terbaik

“Investor lokal sudah tumbuh bahkan tahun kemarin asing melakukan aksi jual, IHSG terus naik karena investor lokal kita yang bertransaksi. Kalau dulu porsinya asing 65 persen, lokal 35 persen. Sekarang sudah 50:50. Kita menjadi tuan rumah di negeri kita. Jadi engga hanya menyetorkan uang saja ke perusahaan, tapi kita juga mendapatkan keuntungan, itu efek positifnya akan luar biasa bagi ekonomi kita,” bebernya.

Jumlah investor lokal mulai naik, juga karena suku bunga perbankan yang tidak menarik untuk berinvestasi sehingga beralih ke pasar modal. Selain itu edukasi terkait pasar modal juga telah banyak dilakukan.(citta maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *