Garam
Sejumlah wisatawan asing tengah melihat pertanian garam di Pantai Belatung, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Minggu (21/1). Ditengah cuaca buruk, produksi pertanian ini macet. (BP/sos)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Cuaca buruk yang melanda Kabupaten Klungkung tak hanya berdampak pada pertanian cabai yang panennya anjlok. Produksi garam di Pantai Belatung, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan juga demikian. Produksi bumbu dapur bercita rasa asin ini sejak sebulan lalu macet.

Berdasarkan pantauan, Minggu (21/1), tempat produksi garam tidak ada beroperasi. Tempat penjemurannya juga seluruhnya tertutup. Demikian pula untuk proses lainnya, seluruhnya nihil. Salah seorang petani, Nyoman Warta menuturkan kondisi tersebut sudah terjadi sekitar sebulan lalu, seiring dengan hadirnya cuaca buruk.  “Hujan sering. Tidak bisa buat,” ungkapnya.

Baca juga:  Penyeberangan Fast Boat Padangbai-Gili Trawangan Buka Tutup

Produksi bumbu dapur berupa kristal itu sangat berlimpah saat musim panas. Kualitas hasilnya juga sangat baik dan berwarna putih pekat. “Biasanya hasil bagus pada Maret hingga Oktober. Saat itu musim panas,” tuturnya.

Ditengah nihilnya produksi, ia bersama istrinya, Ni Wayan Sweca memilih mengumpulkan daun pandan untuk bahan tikar dan batu sikat di sekitar tempat tinggalnya. Pada waktu tertentu, juga memperbaki peralatan penggaraman yang rusak termakan usia. “Sekarang harus menunggu lagi. Tidak bisa berbuat banyak kalau cuaca seperti ini,” imbuh petani paruh paya ini.

Baca juga:  Cuaca Buruk, Penyeberangan Kapal Cepat di Pelabuhan Padangbai Ditutup Tiga Hari

Petani lain, Ketut Purniasih menyebutkan saat cuaca normal, produksi garam setiap dua hari mencapai 20 kilogram. Namun sejak sebulan lalu, hal demikian tak lagi bisa dinikmati. “Garam itu kualitas bagus. Tidak isi pasir. Tapi karena hujan terus, tidak bisa produksi,” terangnya.

Harga jualnya, kata dia masih tergolong stabil, kisaran Rp 25 ribu per kilogram. Menariknya, pembeli tak hanya datang dari wilayah Klungkung. Namun juga dari wilayah Ubud, Gianyar dan wisatawan asing. Mereka juga tertarik melihat proses pembuatannya yang masih tradisional. “Stok garam masih sedikit. Sisa produksi musim lalu,” ucapnya.

Baca juga:  Penyeberangan Kusamba-Nusa Penida Dibuka, Tapi Belum Normal

Guna mendapat penghasilan tambahan, ia bersama orang tuanya memproduksi bahan baku album poto dari pelepah pisang untuk dijual ke wilayah Gianyar. “Untung ada pesanan. Bisa dapat hasil tambahan,” tandasnya. (sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *