JAKARTA, BALIPOST.com – Bisnis koperasi sudah masuk ke dalam usaha skala besar dan tidak kalah kinerjanya dengan usaha besar swasta lainnya. Buktinya, sudah ada koperasi yang mampu mendulang aset lebih dari Rp 7 triliun dan volume usaha lebih dari Rp 5,7 triliun.

Menurut penulis dan pengamat perkoperasian lrsyad Muchtar saat peluncuran buku 100 Koperasi Besar Indonesia (KBI) 2017, Senin (30/10), bisnis koperasi skala besar terus tumbuh di berbagai daerah di tanah air. Menariknya, koperasi berskala besar justru berkembang di kota-kota yang terbilang relatif kecil.

Baca juga:  Pelaut, Aset Wujudkan Indonesia Poros Maritim Dunia

lrsyad mengatakan, sebagai contoh Kospin Jasa asetnya Rp 7,036 triliun dan volume usaha Rp 4,6 triliun hingga kini masih terap berkantor pusat di Pekalongan, Jawa Tengah. Koperasi Kredit Lantang Tipo dengan aset Rp 2,6 triliun dan volume usaha Rp 1,8 triliun tetap bermarkas di Kabupaten Sanggau, yang berjarak sekitar 250 km dari ibu kota Kalimantan Barat.

Demikian pula dengan KSPPS UGT Sidogiri dengan aset Rp 2,3 triliun dan volume usaha Rp 2,05 triliun mengelola usaha dari Pasuruan Jawa Timur. “Masih terdapat sepuluh koperasi dari 100 KBI yang mencetak aset maupun omset lebih dari Rp 1 triliun,” kata Irsyad.

Baca juga:  Dua Hari Sebelum PPKM Darurat, Tambahan Kasus COVID-19 Nasional Lampaui 24.000!

Pertumbuhan yang menggembirakan ini, menurut lrsyad, karena para pengelola koperasi besar mampu keluar dari bayang-bayang suram usaha koperasi yang selalu berkonotasi negatif, yaitu hanya menunggu kredit murah dan bantuan modal pemerintah. “Koperasi kini sudah banyak dipimpin oleh kaum muda, contohnya Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia di Tangerang, yang rata-rata dipimpin orang muda berusia 24,6 tahun,” paparnya.

Selain itu, jelas Irsyad, kemampuan koperasi untuk tanggap dengan perubahan teknologi yang berkembang kini juga menggembirakan. Hampir semua koperasi besar, kini familiar dengan teknologi informasi. “Bahkan banyak koperasi yang membangun jaringan usahanya berbasis digital dan melakukan transaksi online sebagaimana layaknya perbankan,” pungkas lrsyad.

Baca juga:  Belasan Koperasi Tak Sehat, Pembubaran Terganjal Hutang

Buku terbitan ketiga setelah sebelumnya terbit pada tahun 2012 dan 2015 itu diluncurkan oleh Menteri Koperasi UKM AAGN Puspayoga. Terdapat 100 pengurus dan pengelola koperasi besar dari berbagai pelosok tanah air hadir dalam peluncuran itu. (Nikson/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *